Sabtu, 16 September 2023

Qiila wa Qaala

Qiila wa Qaala itu ada beberapa bentuk: 
1. Ghibah
2. Banyak bicara yg tdk manfaat 
3. Banyak bicara yang tidak jelas sumbernya (katanya dan katanya)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah Saw bersabda,

إِنَّ اللهَ يَكْرَهُ لَكُمْ: قِيْلَ وَقَالَ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah membenci untuk kalian qiila wa qoola, banyak bertanya, dan menyia-nyiakan harta.”(HR. Muslim dan Ahmad).

Selasa, 07 Maret 2023

ibadah perintah larangan hak Allah SWT

Perihal ibadah, perintah, larangan, pahala dan dosa merupakan hak preogratif Allah, tidak semestinya makhluk ikut campur dan menggurui sang pencipta.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تَقُولُواْ لِمَا تَصِفُ أَلۡسِنَتُكُمُ ٱلۡكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٞ وَهَٰذَا حَرَامٞ لِّتَفۡتَرُواْ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ لَا يُفۡلِحُونَ
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "Ini halal dan ini haram," untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 116).

#wahdahislamiyah #wahdahsumbar
https://www.instagram.com/p/CpbqXcFvlmz/?igshid=MDJmNzVkMjY=

Minggu, 05 Maret 2023

doa bayi lahir

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّآمَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَآمَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَآمَّةٍ

"A’uudzu bikalimaatillaahit at-taammati min kulli syaithaanin wa haammatin wamin kulli ‘ainin lâmmatin."

Artinya : Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah dari segala setan, kesusahan, dan pandangan yang jahat.

dalil tentang qashar

Dari Umar Ra
صَحِبْتُ رَسُولَ اللهِ فَكَانَ لَا يَزِيدُ فِي السَّفَرِ عَلَى رَكْعَتَيْنِ وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ كَذَلِكَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ
“Aku menyertai Nabi shallallahu alaihi wa sallam; dan beliau tidak pernah menambah lebih dari dua rakaat dalam safarnya. Demikian pula Abu Bakr, Umar, dan Utsman—semoga Allah meridhai mereka.” (HR. al-Bukhari no. 1102 dan Muslim no. 689)

Hadits Aisyah radhiallahu anha

فُرِضَتْ الصَّلَاةُ رَكْعَتَيْنِ فَأُقِرَّتْ صَلَاةُ السَّفَرِ وَأُتِمَّتْ صَلَاةُ الْحَضَرِ

“Shalat itu (pertama kali) diwajibkan dua rakaat. Kemudian shalat dalam safar tetap (dua rakaat), sedangkan shalat hadhar (mukim) ditambah/disempurnakan (empat rakaat).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَقَامَ النَّبِيُّ تِسْعَةَ عَشَرَ يَقْصُرُ فَنَحْنُ إِذَا سَافَرْنَا تِسْعَةَ عَشَرَ قَصَرْنَا وَإِنْ زِدْنَا أَتْمَمْنَا
Dari Ibn ‘Abbas ra, ia berkata: “Nabi saw pernah menetap sementara (dalam salah satu safarnya) selama 19 hari mengqashar shalat. Maka kami (para shahabat) apabila safar (dan menetap sementara) selama 19 hari, kami mengqashar. Dan jika lebih dari itu, kami akan shalat tam (tanpa qashar).” (Shahih al-Bukhari bab ma ja`a fit-taqshir no. 1080).

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ أَقَامَ رَسُولُ اللهِ بِتَبُوكَ عِشْرِينَ يَوْمًا يَقْصُرُ الصَّلاَةَ
Dari Jabir ibn ‘Abdillah, ia berkata: “Rasulullah saw tinggal di Tabuk selama 20 hari mengqashar shalat.” (Sunan Abi Dawud bab man aqama bi ardlil-‘aduw yaqshuru no. 1237).

Dan banyak lg

Takhrij Hadits Utsman bin Hunaif; Tawassul dengan Nabi Muhammad Setelah Wafatnya

Takhrij Hadits Utsman bin Hunaif; Tawassul dengan Nabi Muhammad Setelah Wafatnya

Diriwayatkan melalui beberapa jalur :

Jalur Pertama 

Dari Rawh bin Qasim, dari Abi Ja’far, dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif.

Yang meriwayatkan dari Rawh ada dua :

1. Syabib bin Sa’id Al-Makkiy.

Yang meriwayatkan dari Syabiib ada dua :

a. Abdullah bin Wahb.

Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam kitabnya “Al-Mu’jam Ash-Shaghir “ 1/306 no 508 :

عن عَبْد اللَّهِ بن وَهْبٍ، عَنْ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ الْمَكِّيِّ، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ الْمَدَنِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ: " أَنَّ رَجُلًا كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي حَاجَةٍ لَهُ , فَكَانَ عُثْمَانُ لَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ , وَلَا يَنْظُرُ فِي حَاجَتِهِ , فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حَنِيفٍ , فَشَكَا ذَلِكَ إِلَيْهِ , فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ حَنِيفٍ: ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ , ثُمَّ ائْتِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ , ثُمَّ قُلِ: " اللَّهُمَّ , إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ عَزَّ وَجَلَّ فَيَقْضِي لِي حَاجَتِي " , وَتَذْكُرُ حَاجَتَكَ , وَرُحْ إِلَيَّ حَتَّى أَرُوحَ مَعَكَ.
فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ , فَصَنَعَ مَا قَالَ لَهُ عُثْمَانُ , ثُمَّ أَتَى بَابَ عُثْمَانَ , فَجَاءَ الْبَوَّابُ حَتَّى أَخَذَ بِيَدِهِ , فَأَدْخَلَهُ عَلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ , فَأَجْلَسَهُ مَعَهُ عَلَى الطِّنْفِسَةِ , وَقَالَ: حَاجَتُكَ؟ فَذَكَرَ حَاجَتَهُ , فَقَضَاهَا لَهُ , ثُمَّ قَالَ لَهُ: مَا ذَكَرْتَ حَاجَتَكَ حَتَّى كَانَتْ هَذِهِ السَّاعَةُ , وَقَالَ: مَا كَانَتْ لَكَ مِنْ حَاجَةٍ , فَأْتِنَا , ثُمَّ إِنَّ الرَّجُلَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ , فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حُنَيْفٍ , فَقَالَ: لَهُ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا , مَا كَانَ يَنْظُرُ فِي حَاجَتِي , وَلَا يَلْتَفِتُ إِلَيَّ حَتَّى كَلَّمْتَهُ فِي , فَقَالَ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ: وَاللَّهِ , مَا كَلَّمْتُهُ وَلَكِنْ شَهِدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ وَأَتَاهُ ضَرِيرٌ , فَشَكَا عَلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ , فَقَالَ: لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «أَفَتَصْبِرُ؟» , فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ , إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ , وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ , فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ: «ائْتِ الْمِيضَأَةَ , فَتَوَضَّأْ , ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ , ثُمَّ ادْعُ بِهَذِهِ الدَّعَوَاتِ» قَالَ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ: فَوَاللَّهِ , مَا تَفَرَّقْنَا وَطَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ عَلَيْنَا الرَّجُلُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضَرَرٌ قَطُّ .

Dari ‘Abdullah bin Wahb, dari Syabib bin Sa’id Al Makkiy, dari Rawh bin Qasim, dari Abu Ja’far Al Khatami Al Madini, dari Abu Umamah bin Sahl bin Hunaif, dari pamannya 'Utsman bin Hunaif,

"Bahwa seorang laki-laki berkali-kali datang kepada 'Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu untuk suatu keperluan [hajat] tetapi 'Utsman tidak menanggapinya dan tidak memperhatikan keperluannya. Kemudian orang tersebut menemui 'Utsman bin Hunaif dan mengeluhkan hal itu. Maka 'Utsman bin Hunaif berkata: “Pergilah ke tempat berwudhu’ dan berwudhu’lah kemudian masuklah ke dalam masjid kerjakan shalat dua raka’at kemudian berdoalah: “Ya Allah aku memohon kepadamu dan menghadap kepadamu dengan Nabi kami, Nabi pembawa rahmat. Ya Muhammad aku menghadap denganmu kepada TuhanMu Tuhanku agar memenuhi keperluanku”, kemudian sebutkanlah hajat atau keperluanmu, berangkatlah dan aku dapat pergi bersamamu.
Maka orang tersebut melakukannya kemudian datang menghadap 'Utsman, ketika sampai di pintu 'Utsman penjaga pintu 'Utsman memegang tangannya dan membawanya masuk kepada 'Utsman bin ‘Affan maka ia dipersilakan duduk disamping 'Utsman. 'Utsman berkata: “Apa keperluanmu?” Maka ia menyebutkan keperluannya dan 'Utsman segera memenuhinya. 'Utsman berkata: “Aku tidak ingat engkau menyebutkan keperluanmu sampai saat ini”, kemudian 'Utsman berkata: “Kapan saja engkau memiliki keperluan maka segeralah sampaikan”. 

Kemudian orang tersebut pergi meninggalkan tempat itu dan menemui 'Utsman bin Hunaif, ia berkata: “Semoga Allah subhanahu wa ta'ala membalas kebaikanmu, ia awalnya tidak memperhatikan keperluanku dan tidak mempedulikan kedatanganku sampai engkau berbicara kepadanya tentangku”. 'Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah, aku tidak berbicara kepadanya, hanya saja aku pernah menyaksikan seorang buta menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengeluhkan kehilangan penglihatannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Bersabarlah”. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, aku tidak memiliki penuntun yang dapat membantuku dan itu sungguh sangat menyulitkanku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Pergilah ke tempat wudhu’, berwudhu’lah kemudian shalatlah dua rakaat kemudian berdoalah” yaitu doa ini. 'Utsman bin Hunaif berkata: “Demi Allah kami tidaklah berpisah dan berbicara lama sampai ia datang kepada kami dalam keadaan seolah-olah ia tidak pernah kehilangan penglihatan sebelumnya”.

Sanad ini sangat lemah karena ada rawi yang bernama Syabib bin Sa’id, Abu Sa’id Al-Bashriy[1] (w. 186 H).

Ibnu Adiy mengatakan : “Ibnu Wahb meriwayatkan darinya hadits-hadits mungkar, … kemungkinan Syabib ketika datang ke Mesir -dalam rangka perdagangan- Ibnu Wahb mencatat hadits darinya melalui hafalannya maka ia tersalah dan keliru”.

Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan : “Periwayatan haditsnya tidak mengapa (laa ba’sa bihi) jika yang meriwayatkan darinya adalah anaknya yang bernama Ahmad, tidak demikian jika yang meriwayatkan darinya adalah Ibnu Wahb”.

Kesimpulan : Hadits ini sangat lemah karena melalui periwayatan Abdullah bin Wahb dari Syabib bin Sa’id. 

b. Ahmad bin Syabib bin Sa’id.

Diriwayatkan oleh Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawiy dalam kitab Masyaikh-nya halaman 94 no. 113 :

قَالَ: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ , عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْمَديني، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ , عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ: أَنَّ رَجُلاً كَانَ يَخْتَلِفُ إِلَى عثمان بن عفان في حاجة , فَكَانَ عُثْمَانُ لاَ يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ , وَلاَ يَنْظُرُ فِي حَاجَتِهِ , فَلَقِيَ عُثْمَانَ بْنَ حَنِيفٍ , فَشَكَا ذَلِكَ إِلَيْهِ , فَقَالَ لَهُ عُثْمَانُ بْنُ حَنِيفٍ: ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ , ثُمَّ ائْتِ الْمَسْجِدَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ , ثُمَّ قُلِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّي مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي تقضي حَاجَتِي , تَذْكُرُ حَاجَتَكَ , ثم رح حَتَّى أَرُوحَ , فَانْطَلَقَ الرَّجُلُ , فَصَنَعَ ذلك , ثُمَّ أَتَى بَابَ عُثْمَانَ بن عفان، فجاء البواب، فأخذ بيده فأدخله على عثمان , فَأَجْلَسَهُ مَعَهُ عَلَى الطِّنْفِسَةِ , فقَالَ له: حَاجَتُكَ؟ فَذَكَرَ له حَاجَتَهُ , فَقَضَاهَا، ثم قَالَ ما فهمت حَاجَتَكَ حَتَّى كَانَ السَّاعَة، وقال انظر مَا كَان لَكَ مِنْ حَاجَةٍ ثُمَّ إِنَّ الرَّجُلَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهِ فَلَقِي عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ، فقال له: جزاك الله خيرًا، ما كان ينظر في حاجتي، ولا يلتفت إلي حتى كلمته، فقال عثمان بن حنيف: ما كلمته ولكني سَمِعْتُ رَسُول الله صَلَّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَاءَه ضَرِيرٌ فَشَكَى إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّىَ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " أَوَ تَصْبِر؟ "، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنَّهُ لَيْسَ لِي قَائِدٌ وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثم قل اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّي مُحَمَّدٍ، نَبِيَّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي، فَيجْلِي لي بَصَرِي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي "، فقَالَ عُثْمَانُ بْنُ حُنَيْفٍ: فَوَاللَّهِ مَا تَفَرَّقْنَا وَطَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ عَلَيْنَا الرَّجُلُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضرر قَطُّ.

Sanad ini sangat lemah karena Ya’qub bin Sufyan Al-Fasawiy meriwayatkannya dari Ahmad bin Syabib dengan tambahan kisah 'Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, sedangkan beberapa rawi lainnya meriwayat dari Ahmad tanpa kisah tersebut, diantaranya :

Al-‘Abbas bin Faraj Ar-Riyasiy dan Al-Husain bin Yahya Ats-Tsauriy; Keduanya meriwayatkan dari Ahmad bin Syabib tanpa menyebutkan kisah 'Utsman bin ‘Affan.

Diriwayatkan oleh Ibnu As-Suniy dalam kitabnya “’Amalul Yaum wal Lailah” halaman 581 no. 628 :

عن العَبَّاس بن فَرَجٍ الرِّيَاشِيّ، وَالحُسَيْن بْن يَحْيَى الثَّوْرِيّ، قَالَا: ثنا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ، قَالَ: ثنا أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْمَدَنِيِّ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَ إِلَيْهِ رَجُلٌ ضَرِيرٌ، فَشَكَا إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَلَا تَصْبِرُ» ؟ قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ لِي قَائِدٌ، وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ايتِ الْمِيضَاةَ فَتَوَضَّأْ، وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَا نَبِيَّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ، إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ، فَتُجْلِي عَنْ بَصَرِي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي " قَالَ عُثْمَانُ: وَمَا تَفَرَّقْنَا، وَلَا طَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ ضَرِيرًا قَطُّ.

Begitu pula dengan Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Zayd Ash-Shaig, ia meriwayatkan dari Ahmad bin Syabib tanpa menyebutkan kisah 'Utsman bin ‘Affan.

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrak” 1/707 no. 1930 :

عن أَبي عَبْدِ اللَّهِ مُحَمَّد بن عَلِيِّ بْنِ زَيْدٍ الصَّائِغ، ثنا أَحْمَدُ بْنُ شَبِيبِ بْنِ سَعِيدٍ الْحَبَطِيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ رَوْحِ بْنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْمَدَنِيِّ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَاءَهُ رَجُلٌ ضَرِيرٌ، فَشَكَا إِلَيْهِ ذَهَابَ بَصَرِهِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، لَيْسَ لِي قَائِدٌ، وَقَدْ شَقَّ عَلَيَّ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " ائْتِ الْمِيضَأَةَ فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ فَيُجَلِّي لِي عَنْ بَصَرِي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ، وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي ". قَالَ عُثْمَانُ: فَوَاللَّهِ مَا تَفَرَّقْنَا، وَلَا طَالَ بِنَا الْحَدِيثُ حَتَّى دَخَلَ الرَّجُلُ وَكَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ بِهِ ضُرٌّ قَطُّ

Al-Hakim rahimahullah mengatakan : Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Imam Bukhari.

2. ‘Aun bin ‘Umarah Al-Bashriy.

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrak” 1/707 no. 1929 :

عن عَوْن بن عُمَارَةَ البَصْرِيّ، ثنا رَوْحُ بْنُ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الْخَطْمِيِّ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَجُلًا ضَرِيرَ الْبَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُو بِهِ يَرُدُّ اللَّهُ عَلَيَّ بَصَرِي، فَقَالَ لَهُ: «قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ، وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي قَدْ تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي، اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِيَّ، وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي» ، فَدَعَا بِهَذَا الدُّعَاءِ فَقَامَ وَقَدْ أَبْصَرَ.

Sanad ini hasan li ghairih, karena ‘Aun bin ‘Umarah Abu Muhammad Al-Bashriy[2] (w. 212 H); Periwayatan haditsnya dilemahkan oleh jumhur ulama, akan tetapi riwayatnya ini memiliki penguat sebagaimana pada jalur kedua, ketiga dan keempat. Semuanya menyebutkan hadits ini tanpa kisah 'Utsman bin ‘Affan.

Jalur Kedua 

Dari Hisyam Ad-Dastuwa’iy, dari Abu Ja’far, dari Abi Umamah bin Sahl bin Hunaif.

Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 9/245 no. 10421 :

عن مُعَاذ بن هِشَامٍ، قَالَ: حَدَّثَنِي أَبِي، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بْنِ سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ، عَنْ عَمِّهِ: أَنَّ أَعْمَى، أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، ادْعُ اللهَ أَنْ يَكْشِفَ لِي عَنْ بَصَرِي، قَالَ: «أَوْ أَدَعُكَ؟» قَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّهُ شَقَّ عَلَيَّ ذَهَابُ بَصَرِي، قَالَ: " فَانْطَلِقْ فَتَوَضَّأْ، ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ: اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّي مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّكَ أَنْ تَكْشِفَ لِي عَنْ بَصَرِي، شَفِّعْهُ فِيَّ وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي "، فَرَجَعَ وَقَدْ كَشَفَ لَهُ عَنْ بَصَرِهِ.

Riwayat Hisyam Ad-Dastuwa’iy tidak menyebutkan kisah 'Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.

Jalur Ketiga 

Dari Syu’bah, dari Abi Ja’far, dari Umarah bin Khuzaimah.

Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dalam kitab Sunan-nya 5/569 no. 3578 :

عن شُعْبَة، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ ثَابِتٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ، أَنَّ رَجُلًا ضَرِيرَ البَصَرِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَنِي قَالَ: «إِنْ شِئْتَ دَعَوْتُ، وَإِنْ شِئْتَ صَبَرْتَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ». قَالَ: فَادْعُهْ، قَالَ: فَأَمَرَهُ أَنْ يَتَوَضَّأَ فَيُحْسِنَ وُضُوءَهُ وَيَدْعُوَ بِهَذَا الدُّعَاءِ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، إِنِّي تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّي فِي حَاجَتِي هَذِهِ لِتُقْضَى لِيَ، اللَّهُمَّ فَشَفِّعْهُ فِيَّ».

Dari Syu'bah, dari Abu Ja'far, dari 'Umarah bin Khuzaimah bin Tsabit, dari 'Utsman bin Hunaif, 

"Bahwa seorang laki-laki yang buta matanya datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata; "Berdo`alah kepada Allah agar menyembuhkanku." Beliau bersabda: "Jika kamu berkehendak maka saya akan mendo'akanmu, dan jika kamu berkehendak maka bersabarlah, karena hal itu lebih baik bagimu." Laki-laki tersebut berkata; "Berdo`alah (kepada Allah untukku)." 'Utsman bin Hunaif berkata; "Lalu beliau ia memerintahkannya untuk berwudhu, kemudian ia pun membaguskan wudhunya dan berdo'a dengan do'a berikut ini, "Ya Allah! Aku memohon kepada-Mu, menghadap kepada-Mu dengan (syafa'at) nabi-Mu Muhammad, nabi yang diutus dengan membawa rahmat. Aku telah memohon syafa'atmu kepada Rabb-ku untuk memenuhi kebutuhanku. Ya Allah! Terimalah syafa'atnya untukku."

Imam At-Tirmidzi rahimahullah mengatakan :

هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي جَعْفَرٍ وَهُوَ الْخَطْمِيُّ

“Hadits ini hasan shahih gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali melalui jalur ini dari hadits Abi Ja’far yaitu Al-Khathmiy”.

Diriwayatkan juga oleh Al-Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrak” (1/458) no. 1180, dan (1/700) no. 1909, beliau mengatakan hadits ini shahih sesuai dengan syarat Syaikhain.

Riwayat Syu’bah juga tidak menyebutkan kisah 'Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.

Jalur Keempat 

Dari Hammad bin Salamah, dari Abu Ja’far, dari Umarah bin Khuzaimah.

Diriwayatkan oleh An-Nasa’iy dalam kitabnya “As-Sunan Al-Kubraa” 9/244 no. 10419 :

عن حَمَّادٌ، قَالَ: أَخْبَرَنَا أَبُو جَعْفَرٌ، عَنْ عُمَارَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حُنَيْفٍ: أَنَّ رَجُلًا، أَعْمَى أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي رَجُلٌ أَعْمَى، فَادْعُ اللهَ أَنْ يَشْفِيَنِي، قَالَ: «بَلْ أَدَعُكَ» قَالَ: ادْعُ اللهَ لِي، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا، قَالَ: " تَوَضَّأْ ثُمَّ صَلِّ رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ قُلِ: اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّي مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ، يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى اللهِ أَنْ يَقْضِيَ حَاجَتِي، أَوْ حَاجَتِي إِلَى فُلَانٍ، أَوْ حَاجَتِي فِي كَذَا وَكَذَا، اللهُمَّ شَفِّعْ فِيَّ نَبِيِّي، وَشَفِّعْنِي فِي نَفْسِي ".

Riwayat Hammad bin Salamah juga tidak menyebutkan kisah 'Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu.

Kesimpulan :

Riwayat yang menyebutkan kisah 'Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu tidak shahih dan sangat lemah (mungkar) karena menyalahi riwayat yang lebih kuat yang tidak menyebutkan kisah tersebut.

Baca penjelasan lengkap hadits ini dalam kitab “At-Tawassul Anwa’uhu wa Ahkamuhu” karya Syaikh Al Albani rahimahullah halaman 68 dan 81.

Wallahu a’lam

Catatan kaki :

[1] Lihat biografi " Syabib bin Sa’id " dalam kitab Al-Kaamil karya Ibnu 'Adiy 5/47, Tahdziib Al-Kamaal karya Al-Mizziy 12/360, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabi 2/262, Taqriib At-Tahdziib karya Ibnu Hajar hal. 263.

[2] Lihat biografi " ‘Aun bin ‘Umarah " dalam kitab Adh-Dhu'afaa' Al-Kabiir karya Al-'Uqaily 3/328, Al-Majruhiin karya Ibnu Hibban 2/197, Al-Kaamil 7/102, Adh-Dhu'afaa' karya Abu Nu'aim hal. 124 , Adh-Dhu'afaa' karya Ibnu Al-Jauziy 2/237, Tahdziib Al-Kamaal 22/461, Miizaan Al-I'tidaal karya Adz-Dzahabi 3/306, Taqriib At-Tahdziib hal. 434.

Shalat Khusus pada Malam Nishfu Sya'ban

*Shalat Khusus pada Malam Nishfu Sya'ban*

Al-Hafizh Al-'Iraqi berkata :

حديث صلاة ليلة نصف شعبان حديث باطل

"Hadits shalat malam nishfu Sya'ban adalah hadits yang batil" (Al-Mughni 'an hamlil Asfar, takhjrij ahadits Ihya Ulumiddin, 1/157)

Imam Nawawi berkata :

الصلاة المعروفة بصلاة الرغائب، وهي اثنتا عشرة ركعة بين المغرب والعشاء، ليلة أول جمعة من رجب، وصلاة ليلة النصف من شعبان مائة ركعة، هاتان الصلاتان بدعتان منكرتان، ولا يغتر بذكرهما في كتاب: (قوت القلوب)، و(إحياء علوم الدين)، ولا بالحديث المذكور فيهما، فإن كل ذلك باطل، ولا يغتر ببعض من اشتبه عليه حكمهما من الأئمة فصنف ورقات في استحبابهما، فإنه غالط في ذلك

"Shalat yang dikenal dengan shalat ragaib, yaitu 12 rokaat antara maghrib dan isya pada malam jum'at pertama bulan Rajab, shalat malam nishfu/pertengahan dari Sya'ban 100 rokaat, dua shalat ini adalah bid'ah yang mungkar. Jangan tertipu dengan disebutkannya keduanya dalam kitab Qutul Qulub dan Ihya Ulumuddin, dan juga jangan tertipu dengan hadits yang disebutkan tentang keduanya, karena semuanya itu adalah batil, dan jangan tertipu dengan sebagian orang yang samar-samar baginya hukum keduanya dari para ulama, ia menulis lembaran-lembaran tentang menganjurkan keduanya, karena sesungguhnya ia keliru dalam hal tersebut." (Al-Majmu Syarh Al-Muhadzdzab, 4/56).

(Muhammad Atim)

Jumat, 03 Maret 2023

hadits dhoif minta maaf sebelum ramadhan

بسم الله الرحمن الرحيم

Kebiasan-kebiasaan yang di lakukan semua orang mau shaum Rhomadon,saling minta maaf-maafan ,padahal hadistnya palsu(dhaif).






Berikut redaksi hadis yang keliru dan telah banyak beredar:
“Ketika Rasullullah sedang berkhutbah pada suatu shalat Jum’at (dalam bulan Sya’ban), beliau mengatakan Aamiin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan Aamiin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan Aamiin.

Tetapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Aamiin sampai tiga kali. Ketika selesai shalat Jumat, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: “ketika aku sedang berkhutbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah aamiin-kan do’a ku ini,” jawab Rasullullah.
Do’a Malaikat Zibril itu adalah sebagai berikut:

“Ya Allah tolong abaikan shaum umat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:

Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
Tidak berma’afan terlebih dahulu antara suami istri;
Tidak berma’afan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Maka Rasulullah pun mengatakan Aamiin sebanyak 3 kali.”
Sementara jika kita lacak hadis yang berkenaan dengan bulan Ramadhan, kita dapatkan teks asli hadis itu sebagai berikut:

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ ، قَالَ : صَعِدَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمِنْبَرَ ، فَقَالَ : آمِينَ آمِينَ آمِينَ ، فَلَمَّا نَزَلَ قِيلَ لَهُ ، فَقَالَ : أَتَانِي جِبْرِيلُ ، فَقَالَ : رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ أَوْ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ : آمِينَ ، فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ وَالِدَيْهِ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ أَوْ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ : آمِينَ ، قُلْتُ : آمِينَ ، وَرَجُلٌ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ : آمِينَ ، فَقُلْتُ : آمِينَ.

Dari ‘Ammar bin Yasir, ia berkata, “Nabi saw. naik ke atas mimbar kemudian berkata, ‘Aamiin, aamiin, amiin.’ Maka ketika beliau turun dari mimbar, ditanya oleh para sahabat (Kenapa engkau berkata, ‘Aamiin, aamiin, amiin?’) Maka Nabi saw. bersabda, ‘Malaikat Jibril telah datang kepadaku, lalu ia berkata, ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah, atau maka Allah menjauhkannya.’ Katakanlah, ‘Aamiin!’ Maka aku berkata, ‘Aamiin.’ Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga atau maka Allah menjauhkannya.’ Katakanlah, ‘Aamiin!’ Maka kukatakan, ‘Aamiin.’ Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu, maka Allah menjauhkannya.’ Katakanlah, ‘Aamiin!’ Maka kukatakan, ‘Aamiin’.” HR. Al-Bazzar. [1]

Hadis di atas diriwayatkan pula dengan redaksi yang berbeda oleh al-Bazzar dari Anas.[2] Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas. [3] Al-Baihaqi dari Jabir. [4] Ath-Thabrani[5] dan al-Baihaqi[6] dari Ka’ab bin ‘Ujrah. Ibnu Hibban[7] dan Abu Ya’la[8] dari Abu Huraerah.

 

Kedudukan Hadis

Kata Syekh al-Albani:

ضَعِيْفٌ جِدًّا

“Sangat dhaif”

Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir, dari Ishaq bin Abdullah bin Kaisan, dari ayahnya, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas…

Syekh al-Albani berkata pula, “Menurut saya, ‘Dan sanad ini sangat dhaif, padanya terdapat dua sebab kedaifan:

Pertama, rawi Abdullah bin Kaisan. Dia telah dinilai dhaif oleh para ulama dan tidak ada yang menyatakan tsiqah (kredibel) selain Ibnu Hiban. Namun Ibnu Hiban pun menyatakan bahwa ia yukhti’u (keliru). Karena itu Ibnu Hajar berkata dalam kitab Taqrib at-Tahdzib, “Shaduq yukhti’u katsiran (dia jujur namun banyak salah).”

Kedua, rawi Ishaq putra Abdullah bin Kaisan. Dia sangat dha’if, dan tidak ada seorang pun ulama yang menilainya tsiqah, bahkan al-Bukhari mengatakan, “Dia munkar al-Hadits.”

Meski riwayat ath-Thabrani ini dhaif, namun matan hadis itu shahih karena diriwayatkan melalui jalur periwayatan lain versi Ibnu Hiban, al-Hakim, dan lain-lain dari Ka’ab bin ‘Ujrah.”[9]

Setelah memperhatikan teks asli hadis di atas, kita dapat mengetahui bahwa hadis di atas tidak ada hubungan dengan bermaaf-maafan sebelum shaum Ramadhan. Dengan demikian bermaaf-maafan yang dilakukan secara khusus sebelum shaum Ramadhan tidak sesuai dengan ketentuan syariat dan petunjuk agama.

 

[1] Lihat, Musnad Al-Bazzar, IV:240, No. 1405

[2] Ibid., IV:49, No. 3168

[3] Lihat, Al-Mu’jam al-Kabir, XI:82, No. 11.115

[4] Lihat, Syu’ab al-Iman, III:309, No. 3622

[5] Lihat, Al-Mu’jam al-Kabir, XIX:144, No. 315

[6] Lihat, Syu’ab al-Iman, II:215, No. 1572

[7] Lihat, Shahih Ibnu Hiban, III:188, No. 907

[8] Lihat, Musnad Abu Ya’la, X:328, No. 5922

[9] Lihat, Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah, Juz 14, hlm. 346-348