Hidup Setelah Mati: Mengurai Berbagai Riwayat tentang Kehidupan pasca Kematian.
Pada pertemuan pertama, Ustaz Amin memaparkan materi berjudul “Kuburan dan Alam Kubur.” Dalam pemaparan tersebut Ustaz Amin mengungkapkan bahwa Nabi pernah menyebutkan beberapa sifat untuk kuburan dan alam kubur, yaitu tempat yang gelap, tempat persinggahan pertama, dan tempat yang menghimpit.
Selain itu, tambah Ustaz Amin, di dalam kubur terdapat fitnah atau ujian. “Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan fitnah atau ujian kubur,” tutur Ustaz Amin.
Pertanyaan tersebut ialah man rabbuka (siapa Tuhanmu), maa diinuka (apa agamamu), maa haadza al-rajul allazi bu’itsa fiikum (siapa laki-laki yang telah diutus kepadamu ini), dan wa maa yudriika (apa ilmumu tentang dia).
Jika orang yang menjalani fitnah kubur tersebut mampu menjawab dengan benar, maka dia akan diberi hamparan dan pakaian dari surga lalu dibukakan untuknya pintu menuju surga. Kemudian dia memperoleh bau harum dan wangi surga, serta kuburannya diperluas sejauh mata memandang.
Sedangkan jika orang yang menjalani fitnah kubur tersebut tidak mampu menjawab, maka dia akan diberikan hamparan dari neraka dan dibukakan pintu untuknya menuju neraka. Kuburannya disempitkan sehingga tulang rusuknya remuk.
Pada pertemuan kedua ini materi yang dibahas ialah tentang tiupan sangkakala dan hari kebangkitan manusia setelah kematian yang disampaikan oleh Ustaz Amin Muchtar.
Di awal pembahasan, Ustaz Amin Muchtar menyampaikan bahwa yang dimaksud dengan al-nafkh(tiupan) pada materi ini adalah tiupan khusus.
“Yaitu tiupan khusus, di waktu yang khusus, dari Malaikat yang khusus untuk melaksanakan apa yang Allah Swt. kehendaki mengenai urusan kiamat,” kata Ustaz Amin Muchtar.
Adapun kata al-shur atau terompet terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian dan sifatnya. Namun, pendapat yang benar mengenai hal ini adalah pendapat yang ditunjukkan oleh berbagai hadis dari Rasulullah saw.
“Berdasarkan hal ini, maka al-shur adalah sebuah tanduk yang akan ditiup. Dan telah ada pula berbagai riwayat yang menyebutkan secara pasti bahwa yang akan meniupnya adalah Malaikat Israfil ‘alaihissalam,” tutur Ustaz Amin.
Tiupan yang akan diperintahkan Allah kepada Malaikat Israfil adalah sebanyak tiga kali tiupan. Pertama, nafkhah al-faza’. Yaitu tiupan yang membuat takut dan terkejut seluruh makhluk hidup.
Kedua, nafkhah al-sha’aq. Yaitu tiupan yang akan membuat semua makhluk yang ada di langit dan di bumi binasa. Ketiga, nafkhah al-ba’ts. Yaitu tiupan yang membangkitkan seluruh manusia dari kuburnya. Dan perlu diketahui bahwa orang pertama yang akan dibangkitkan dari kubur adalah Nabi Muhammad saw berdasarkan hadis yang diriwayatkan Muslim.
Untuk meningkatkan keimanan kepada hari berbangkit, Ustaz Amin menyebutkan lima uslub(retorika) Allah dalam berbagai dalil ketika meyakinkan tentang benarnya kejadian hari berbangkit.
“Secara umum, adakalanya untuk menegaskan hari berbangkit, Allah menggunakan sumpah. Kedua, terkadang Allah menggunakan isyarat dengan penciptaan manusia yang pertama kali mati. Ketiga, terkadang menggunakan isyarat dengan menghidupkan bumi yang sudah mati. Keempat, menggunakan retorika isyarat tentang penciptaan langit dan bumi. Terakhir, untuk meyakinkan manusia hari berbangkit digunakan gaya bahasa isyarat dengan berbagai kisah nyata kaum-kaum terdahulu,” tegas Ustaz Amin.
Pembahasan mengenai Hari Dikumpulkannya Manusia di Padang Mahsyar dipaparkan oleh Ustaz Amin Muhtar pada hari ketiga Kajian Sepekan Ramadhan, di Pendopo Pesantren Ibnu Hajar, Selasa (14/5/19).
Dalam pemaparannya, Ustaz Amin menyampaikan bahwa manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar dalam keadaan sebagaimana awal mula diciptakan.
“Ahlus Sunnah wal Jama’ahmeyakini bahwa seluruh manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas, telanjang, dan belum dikhitan sebagaimana Allah Swt menciptakannya pada awal mula, begitu pula pada saat dibangkitkan,” kata Ustaz Amin.
Di padang mashsyar, lanjut beliau, semua manusia dikumpulkan di suatu tempat dengan posisi matahari yang sangat dekat. Kondisi panas menyengat ini menyebabkan manusia berkeringat sampai seukuran tumit, lutut, pinggang, bahkan ada yang sampai tenggelam karena keringatnya sendiri.
“Hal tersebut seukuran dengan amalan-amalan mereka dan mereka tidak akan selamat dari keringat ini kecuali orang yang Allah tetapkan keselamatan baginya,” jelas Ustaz Amin.
Selain itu, secara khusus manusia dikumpulkan di padang mahsyar dalam dua keadaan, yakni keadaan terpuji dan tercela. Golongan orang-orang terpuji adalah ahli wudhu dengan wajah putih bercahaya dan para syuhada yang membawa bekas lukanya.
Adapun golongan orang-orang tercela terdapat empat macam. Pertama, orang kafir yang berjalan dengan wajahnya. Kedua, orang sombong yang dihinakan. Ketiga, orang yang suka minta-minta padahal dirinya sanggup. Wajah orang ini terdapat bekas cakaran atau tidak berwajah. Keempat, orang khianat yang di punggungnya membawa beban khianatnya.
Hari Perhitungan dan Pembalasan Amal Manusia menjadi materi keempat setelah membahas mengenai kuburan dan alam kubur, tiupan sangsakala dan hari berbangkit, serta hari dikumpulkannya manusia di padang mahsyar yang dipaparkan oleh Ustaz Amin Muchtar pada Rabu (16/5/19) di Pendopo Pesantren Ibnu Hajar.
Dalam penyampaiannya, Ustaz Amin mengingatkan bahwa materi ini sangat penting untuk disampaikan mengingat masih banyak yang terlupa bahwa masuk surga itu sejatinya bukan karena banyaknya amal, tetapi karena hadirnya rahmat Allah.
“Kita bernafsu dalam beramal saja belum cukup seandainya kita tidak bisa menjadi manusia pilihan Allah. Amal yang telah kita tabung, kebaikan yang telah kita investasikan ternyata belum tentu memadai andai kata kita tidak terpilih. Dengan rahmat Allah lah kita masuk surga. Baru, nanti di surga menentukan level melalui amal,” tutur Ustaz Amin.
Inilah yang menjadi pertimbangan bagi siapapun agar senantiasa menjaga amalannya dari perkara dosa, karena bagaimanapun juga orang yang pintar berdusta di dunia tidak akan mampu mengelak ketika ditampakkan rekaman amal yang sebenarnya.
“Hari ini gunung merekam setiap gerak gerik kita, tetapi tidak bisa melaporkan. Sungai dan semua ciptaan Allah itu merekam setiap yang kita lakukan, tetapi tidak bisa menampakkan. Maka di padang mahsyar, semua yang terucap, tingkah laku yang kita perbuat memiki rekam jejak yang demikian lengkap dan kita tidak bisa mengelak saat dihadapkan pada mahkamah ilahi dan ditegakkan persaksian. Jadi, apa yang nanti akan terjadi dalam proses hisaban sebetulnya kita pun sudah punya rekamannya tapi sering kali kita tidak mengakui,” jelas Ustaz Amin.
Oleh karena itu, sambung beliau, setiap kesalahan yang dilakukan harus segera diperbaiki ketika kita masih diberikan jatah usia di dunia.
“Jika kita salah, kita akui salah. Jangan kemudian kita salah dibalut dengan berbagai dalih. Semakin banyak dibela dan dibalut, maka penyakit kita semakin parah. Lebih baik sekarang kita memiliki beban lalu terbebas daripada nanti dihisaban justru menjadi beban dan tanggung jawab,” ungkap Ustaz Amin