Senin, 25 Maret 2019

Tiap berjiwa akan mati

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (29 : 57)

kalau kita tau 1 bulan lagi akan meninggal..

tentu tidak ada alasan kita untuk bermalas malasan ibadah...

tidak akan takut rematik saat akan berwudlu tahajud.. tidak akan takut sakit mah saat akan shaum..

tidak akan mengeluh atas taqdir pahit yang Allah anugrahkan

tidak akan takut kehabisan/kekurangan uang  saat akan beshodaqoh..

tidak akan sungkan memaafkan .. sekalipun kepada yang paling menyakitkan...

dan lainnya....

nah..... yakin kah kita akan hidup lebih dari sebulan lagi ?

kita akan mati... PASTI.....
masih boleh kita beralasan untuk menunda kebaikan ?

segera lakukan..sekarang... lakukan keshalihan...

lakukan apapun yang terbaik yang paling berkualitas prima untuk Allah... dari sekarang sampai akhir hayat...

semoga Allah pilihkan husnul khatimah bagi kematian kita...

aamiiiin...

Husnul khotimah

Wa'alaikum salam...

حُسْنُ الخَاتِمَة
(Husnul Khatimah)

Husnul asal katanya adalah "Hasan" yang berarti BAIK,
"Husnul" berarti TERBAIK.

Jadi Makna dari kalimat *"HUSNUL KHOTIMAH"* adalah:
Wafat dalam keadaan YANG TERBAIK".

Lalu bagaimana jika ditulis dan dibaca dengan

خُسْنُ الخَاتِمَة

(Khusnul khatimah)

Khusnul artinya TERHINA/ TERENDAH.

Maka makna kalimat *"KHUSNUL KHATIMAH* adalah dalam keadaan dihinakan direndahkan

Minggu, 24 Maret 2019

Tempat kerja dan sekolah adalah muqim

Bismillah .
Pa ustad menyambung pertanyaan tentang sholat yg td bnyk menanyakan d radio .
Tentang sholat qosor .kalau kerja nya d bandung .tp dari rumah jaraknya nyampai 8km ke tempat kerjanya .apa itu harus d qosor juga .
Soalnya waktu ahad kemaren d tempat kajian ada ustad yg menerangkan .jarak 8km itu harus d qosor  walaupund tempat kerja bertahun tahun .
Apakah seperti itu ?
Minta penjelasannya.
Htr nhb

Jawab :
Tempat kerja adalah muqim, bukan sedang safar, maka tidak boleh d qoshor/jama'.

Qosor/jama' boleh d lakukan salah satunya jika dlm keadaan safar.

Kalau sekolah di luar kota/negeri?

Tidak boleh jika niatnya muqim.
Kecuali ia safar : bolak balik indonesia - Mesir (misalnya sekolahnya d mesir).

Namun jika sekolah d luar negeri selama bertahun2, misal 1thn sekali pulang, maka itu sudah muqim.

Betul, tempat belajarnya masuk muqim.

Perjalanan antara rumah - pesantren, boleh di jama/qoshor

Hukum aqiqah

Bismillah, saya dapat buku kecil dari yg aqiqah berisi :
1. Pelaksanaan aqiqah pada hari ke-7, jika tidak bisa dilaksanakan di hari ke-14, 21 atau kapan saja  ia mampu atau sdh dewasa, *berdasar QS. Al-Baqoroh 185* prinsip ajaran islam memudahkan bukan menyulitkan. Dan perkataan imam al-bashri : "jika belum aqiqah atasmu, maka aqiqahlah atas dirimu meski sudah dewasa", serta imam ahmad ditanya boleh tidak aqiqah sdh dewasa? Imam ibnul qoyyim menyebutkan : "imam ahmad berkata : aku tidak memakruhkan org yg melakukannya".

2. Ada hadits dari aisyah ra : "sunnahnya dua ekor kambing utk laki2, satu ekor utk perempuan, *ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya*, lalu dimakan dan disedekahkan pd hari ketujuh" (HR. al-baihaqi)

Apakah betul pernyataan diatas? Mohon penjelasannya.
Hatur nuhun..

Jawab ;

1. Aqiqah hanya di syari'atkan pada hari ke-7, dengan dalil

كل غلام رهينة بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويسمى

”Setiap anak tergadai dengan ’aqiqahnya yang disembelih pada hari ketujuh dari kelahirannya, dicukur (rambutnya), dan diberi nama”.

_Ibadah itu ada yg terikat waktu dan sebab, ada yg tidak, maka tidak bisa d gunakan dalil Qs. Al-Baqarah ayat 185._

Jika mau konsisten, seharusnya ayat ini fahami:
-. Jika tidak bisa aqiqah (menyemblih kambing) di hari ke-7 krna keterbatasan ekonomi, maka boleh tdk menyemblih namun pada hr ke-7 tetapkanlah nama dan potonglah rambutnya (bulu kepala bayi) kemudian bersedekah sekemampunya.

- Jika tidak bisa memotong 2 ekor kambing untuk anak lelaki, maka boleh memotong 1 kambing.

- Jika tidak mampu memotong kambing, maka tidak d syari'atkan aqiqah d hari2 berikutnya krna tidak ada dalil.

- Hukum Aqiqqh adalah sunnah.

Pernyataan boleh aqiqah pada hari ke14, 21 atau kapan saja, hadits-haditenya dhaif. Dan dalam ibadah di tuntut dalil shahih dan bukan pendapat orang lain.

Berikut keterangannya:

العقيقة تذبح لسبع أو أربع عشرة أو أحد وعشرين

”(Hewan) ’aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh atau empatbelas atau duapuluh satu”.

*Penjelasan kedhaifan:*

Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Ash-Shaghiir no. 723 dan Al-Baihaqi 9/303 no. 19293 dari jalan Isma’il bin Muslim (seorang perawi dla’if karena faktor hafalannya), dari Qatadah (mudallis, dimana dalam hadits ini ia meriwayatkan dengan ’an’anah), dari ’Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya secara marfu’.

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al-Hakim dari jalan ’Atha’, dari Ummu Kurz dan Abu Kurz.  Dhahir sanad hadits ini adalah shahih, namun padanya terdapat dua ’illat, yaitu :

a.     Terputusnya sanad antara ’Atha’ dan Ummu Kurz.

Ibnu Hajar berkata : ”Berkata ’Ali bin Al-Madini : Abu ’Abdillah (’Atha’) melihat Ibnu ’Umar namun ia tidak mendengar haditsnya; dan ia melihat Abu Sa’id Al-Khudriy sedang thawaf di Ka’bah namun ia tidak mendengar haditsnya; dan ia tidak dari Zaid bin Khaalid, tidak pula dari Ummu Salamah, Ummu Hani’, dan Ummu Kurz” [Tahdzibut-Tahdzib 7/182].

b.    Syadz

Abu Dawud, An-Nasa’i, dan yang lainnya meriwayatkan hadits yang menyebutkan adanya rawi antara ’Atha’ dan Ummu Kurz, yaitu ’Atha’, dari Habibah binti Maisarah, dari Ummu Kurz.  Riwayat-riwayat ini tidak menyebutkan lafadh : ”(Hewan) ’aqiqah itu disembelih pada hari ketujuh atau empatbelas atau duapuluh satu”.

2. Redaksi haditsnya bukan begitu, tidak ada kalimat *"ia dimasak tanpa mematahkan tulangnya*".

Redaksi haditsnya:

عن أم كرز وأبي كرز قالا نذرت امرأة من آل عبد الرحمن بن أبي بكر إن ولدت امرأة عبد الرحمن نحرنا جزورا فقالت عائشة رضى الله تعالى عنها لا بل السنة أفضل عن الغلام شاتان مكافئتان وعن الجارية شاة تقطع جدولا ولا يكسر لها عظم فيأكل ويطعم ويتصدق وليكن ذاك يوم السابع فإن لم يكن ففي أربعة عشر فإن لم يكن ففي إحدى وعشرين

Dari Ummu Kurz dan Abu Kurz, mereka berdua berkata : ”Telah bernadzar seorang wanita dari keluarga ’Abdurrahman bin Abi Bakr jika istrinya melahirkan anak, mereka akan menyembelih seekor onta. Maka ’Aisyah radliyallaahu ’anhaa berkata : ”Jangan, bahkan yang disunnahkan itu lebih utama. Untuk anak laki-laki dua ekor kambing dan untuk anak perempuan seekor kambing. Dipotong anggota badannya, dan jangan dipecahkan tulangnya”.

إن تبعثوا الى القابلة منها برجل وكلوا وأطعموا ولا تكسروا منها عظما

“Berikan kaki (hewan ‘aqiqah) kepada bidan. Makanlah dan berilah makan, akan tetapi jangan engkau hancurkan tulangnya”.

Namun sayangnya, riwayat-riwayat tersebut adalah dla’if sehingga tidak bisa dipakai untuk hujjah. Adapun ulama yang lain berpendapat bolehnya menghancurkan tulangnya. Dan inilah yang benar.

*Riwayat yang benar adalah:*

عَنِ الغُلاَمِ شَاتَانِ ، وَعَنِ الأُنْثَى وَاحِدَةٌ ، وَلاَ يَضُرُّكُمْ ذُكْرَانًا كُنَّ أَمْ إِنَاثًا.

"Dua ekor kambing untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak perempuan. Dan tidak ada masalah bagi kalian apakah kambing tersebut jantan atau betina." Abu Isa berkata, "Hadits ini derajatnya hasan shahih." (H.R. Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, 3/150, Sahih)

Tahiyat tahrik

2. perhatikan menit ke 01.24
katanya dalam shahih muslim nomor 408 , isinya: Nabi kalau duduk tahiyat

يُشِيرُ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ الى القبلة

Nabi kalo duduk tahiyyat jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat (sambil mengnagkat jari telunjuk seraya berdoa) Asyhadu an laa ilaa ha illallah..."
dan menyalahkan yang jarinya di gerakgerakkan.

_______________
Bantahan:

ustadz ini justru yang bohong dan mengada-ngada, di riwayat shahih muslim tidak ada hadits yang ustadz sebutkan, berikut haditsnya:

7592 - وَحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ - وَاللَّفْظُ لَهُ - حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ عَنْ أَبِى حَازِمٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَهْلاً يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- يُشِيرُ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ وَالْوُسْطَى وَهُوَ يَقُولُ « بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ هَكَذَا ».

hadits yang disebut ada dalam Bab Dekatnya Kiamat, juz ke 8 halaman 208 no. 7592
menerangkan tentang dekatnya kiamat itu bagaikan jari telunjuk dan jari tengah. bukan menerangkan isyarat awal mengangkat telunjuk saat tasyahud.

setelah di takhrij seluruh hadits-hadits dari shahih Muslim, inilah hadits yang benar dalam kitab Shahih Muslim terkait isyarat telunjuk, berada dalam juz ke-2 halaman 90

1335 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مَعْمَرِ بْنِ رِبْعِىٍّ الْقَيْسِىُّ حَدَّثَنَا أَبُو هِشَامٍ الْمَخْزُومِىُّ عَنْ عَبْدِ الْوَاحِدِ - وَهُوَ ابْنُ زِيَادٍ - حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنِى عَامِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَعَدَ فِى الصَّلاَةِ جَعَلَ قَدَمَهُ الْيُسْرَى بَيْنَ فَخِذِهِ وَسَاقِهِ وَفَرَشَ قَدَمَهُ الْيُمْنَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ.

1336 - حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ ح قَالَ وَحَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ - وَاللَّفْظُ لَهُ - قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ عَنِ ابْنِ عَجْلاَنَ عَنْ عَامِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا قَعَدَ يَدْعُو وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَيَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ وَوَضَعَ إِبْهَامَهُ عَلَى إِصْبَعِهِ الْوُسْطَى وَيُلْقِمُ كَفَّهُ الْيُسْرَى رُكْبَتَهُ.

1339 - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ مُسْلِمِ بْنِ أَبِى مَرْيَمَ عَنْ عَلِىِّ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْمُعَاوِىِّ أَنَّهُ قَالَ رَآنِى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ وَأَنَا أَعْبَثُ بِالْحَصَى فِى الصَّلاَةِ فَلَمَّا انْصَرَفَ نَهَانِى فَقَالَ اصْنَعْ كَمَا كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَعُ. فَقُلْتُ وَكَيْفَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصْنَعُ قَالَ كَانَ إِذَا جَلَسَ فِى الصَّلاَةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى.

tiga hadits ini berada dalam bab:

22 - باب صِفَةِ الْجُلُوسِ فِى الصَّلاَةِ وَكَيْفِيَّةِ وَضْعِ الْيَدَيْنِ عَلَى الْفَخِذَيْنِ.
Bab sifat duduk dalam shalat dan tatacara menyimpan tangan di atas kedua paha.

tidak ada hadits yang di ucapkan pak usatdz yang di video itu

Sunnah iftitah

1. perhatikan dari menit ke-50
hadits Allahu akbar kabiro sebagai sunnah iftitah.

memang betul, ada di shahih Muslim, juz 2 halaman 99 no. 1386

1386 - حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ ابْنُ عُلَيَّةَ أَخْبَرَنِى الْحَجَّاجُ بْنُ أَبِى عُثْمَانَ عَنْ أَبِى الزُّبَيْرِ عَنْ عَوْنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنِ الْقَائِلُ كَلِمَةَ كَذَا وَكَذَا ». قَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « عَجِبْتُ لَهَا فُتِحَتْ لَهَا أَبْوَابُ السَّمَاءِ ». قَالَ ابْنُ عُمَرَ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ مُنْذُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ ذَلِكَ.

redaksi yang benar itu hanya kalimat:
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

tidak ada tambahan "Inni wajahtu...." pada kenyataannya, orang-orang khusus NU (Maaf) menambahkan kalimat "Inni Wajahtu..." itu dari mana riwayatnya???

kemudian redaksi kalimat ini bukan dari Rasul, hanya ucapan seseorang yang d benarkan oleh Rasul. Hadits taqriri.

Bukan tambahan, tp diantara doa iftitiah itu ada bbrpa jenis, diantaranya:

1. Wajjahtu
2. Allohumma baa'id baini
3. Subhaanakallaahumma
4. Allahu akbar kabiro... Sampai kalimat Bukratawwa ashiilaa

Redaksi yang benar itu hanya kalimat

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

Tidak ada tambahan kalimat
"Inni wajjahtu...."

Fiqh Wanita Hamil Keguguran, adakah Nifas

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Fiqh Wanita Hamil Keguguran, adakah Nifas??

*_Catatan Diskusi Terkait batasan awal nifas bagi wanita yang keguguran_*

1. Wajh al istidlal kalimat  أن يضعن حملهن dipastikan dalam keadaan hamil, apapun bentuknya. Sehingga awal bulanpun (1 bln) jika dipastikan hamil dengan indikator medis, maka jika keguguran, berlaku hukum nifas, berapapun usia kandungannya. Keguguran menjadi sebab hukum, bagi adanya nifas.

2. Dalam al Quran dijelaskan tentang proses kehidupan manusia, salah satunya proses segumpal darah. Al-Mu’minun : 14

ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”

Ini indikator yang sarih (jelas) bahwa walaupun segumpal darah, tapi merupakan bagian dari kehamilan. Sehingga jika keguguran berapapun usianya dihukumi nifas. Indikator lain secara medis, memastikan seseorang itu hamil diantaranya dengan deteksi terhadap hormon HCG

3. Mengaitkan hukum dengan perasaan, bukanlah dalil dalam beragama. Semata perasaan tidak dapat dijadikan dalil, apalagi hanya kesimpulan yang bentuknya relatif. Secara ushuli sebab hukumnya jelas, yaitu pendarahan karena sebab kelahiran/keguguran tersebut.
Ini ranah ijtihadiyah, namun ada beberapa catatan terhadap lajnah daimah diatas:

1. Secara takhrij al manat ada dua 'illat kemungkinan besar. Pertama kehamilan, berapapun usia janin ketika secara medis dipastikan kehamilan. Dengan wajh al istidlal proses awal kejadian manusia dalam rahim. Kedua, berdasarkan fase terbentuknya organ, yaitu 80 hari (?).

2. Secara tanqih al manat, menurut ana illat hukum yang lebih konsisten adalah dari permulaan dengan alasan sebagai berikut:

a. Dalil ayat al Quran terkait Proses penciptaan manusia diawali dengan alaqoh dan seterusnya. Ayat tersebut menunjukan secara sarih proses kehamilan dalam rahim perempuan.

b. Ayat terkait dengan iddah adalah sampai melahirkan, artinya mafhum muwafaqah, illatnya keluarnya kandungan, termasuk didalamnya keguguran, jika janin gagal dan keluar dari kandungan.

c. Jika seandainya dihitung mulai dari hari ke 80, maka secara konsistensi istidlal. Perempuan di bawah 80 hari tidak disebut hamil. Kedua, masa iddah orang yang hamil dihitung sejak dari hari ke 80. Ketiga, belum ditemukan dilalah secara sarih yang memastikan 80 hari sebagai patokan.

d. Dengan alasan diatas, maka illat yang lebih konsisten adalah keguguran dihitung sejak awal penciptaan manusia didalam rahim yang gagal untuk berkembang, kemudian gugur dan mengakibatkan adanya darah yang keluar. Darah dengan sebab keguguran tersebut dihitung sebagai nifas. Ketika berhenti darahnya, maka nifaspun berakhir.

_Tentunya dengan menghormati pendapat yang lain._

Sabtu, 23 Maret 2019

Mendahulukan lutut ketika sujud


*Hadits mendahulukan lutut:*

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ

Dari Wail bin Hujr, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. bila hendak sujud beliau menyimpan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan bila bangkit beliau mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya.” H.r. At-Tirmidzi, Abu Daud, An-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hiban, Al-Baihaqi, Al-Khatib Al-Bagdadi, Ibnu Khuzaimah, Ad-Daraquthni, At-Tabrani, dan Ad-Darimi.

*Hadits mendahulukan tangan*

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ الْبَعِيرُ وَلْيَضَعْ يَدَيْهِ قَبْلَ رُكْبَتَيْهِ

Dari Abu Huraerah, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, “Apabila seseorang hendak sujud, maka janganlah menderum seperti menderumnya unta, dan hendaklah ia menempatkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya". H.r. Ahmad, Abu Daud, An-Nasai, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni, dan Ad-Darimi.

*Penjelasan*

Hadits yg menerangkan tentang mendahulukan tangan adalah dhaif, yg shahih mendahulukan lutut.

Maka ketika sujud, hendaklah mendahulukan lutut terlebih dahulu kemudian tangan

Sebetulnya tdk ada hadits rasul mendahulukan tangan, hadits ketika rasul sudah tua itu tentang duduk istirahat, yaitu :

_ketika hendak berdiri setelah sujud, rasul tidak berdiri kecuali duduk istirahat dulu_.

Namun jika masalahnya uzur, boleh2 saja mendahulukan tangan ketika hendak sujud, bahkan boleh juga shalatnya sambil duduk.

Hadis-hadis kaifiyat turun untuk sujud dengan mendahulukan tangan baik yang marfu maupun mauquf kedhaifannya karena semua sanadnya melalui rawi yang dhaif, yaitu *Abdul Aziz bin ad-Darawardi yang sayyiul hifzhi* (buruk hapalan).
Demikian pula mutabi'nya melalui rawi Abdullah bin Nafi as-Shaig yang juga sayyiul hifzhi.

Kelemahan ini bertentangan dgn hadits shahih dgn Rawi Syarik. Syarik meriwayatkan dlm keadaan tsiqah.

Ketika terjadi perbedaan riwayat, maka tentunya riwayat yg paling tsiqah yg diambil

Memegang kemaluan batal wudlu

ini pernah di bahas dan ada dalam Buku Fikih tanya jawab PWA

hadits nya ada 2:
1. Berwudu lagi jika memegang kemaluan
2. Tidak usah berwudhu jika memegang kemaluan karena itu bagian dari (tubuh) kamu
maksdunya: memegang kemaluan sama halnya dengan memegang anggota tubuh lainnya seperti (idung, badan, telinga dll)

kedua hadits ini shahih, artinya: memegang kemaluan tidak menyebabkan batalnya wudhu. ia boleh berwudhu lagi dan boleh tidak berwudhu.

Miqot umroh haji

Bismillah, punten ustadz mau tanya terkait fiqih umroh :
1. Apakah setiap kalau pesawat landing di jeddah miqot, ihlal umroh dan memakai kain ihromnya 30 menit sebelum pesawat landing di jeddah?
2. Kalau pesawat ke madinah, miqotnya dimana?
3. Kalau mulai dari pesawat memakai kain ihrom, berarti sampai selesai proses umroh tidak boleh ganti baju selain kain ihrom ya?

Syukron.

1. Kalau memakai pesawat rute cengkareng - jeddah ihlal umrohnya dipesawat ketika melewati tempat miqot *QORNUL MANAZIL* itu biasanya ada pemberitahuan di crew pesawat, memakai kain ihromnya tentu sebelum ihlal umroh sampai selesainya rangkaian umroh dengan tahalul
2. Kalau pesawatnya ke madinah ihlal umrohnya dai Dzulhulaifah atau Bir Ali
3. Ia betul kalau ihlal umrohnya dari pesawat, kain ihrom terus di pakai sampai selesainya umroh dg tahalul

Minggu, 10 Maret 2019

Keutamaan shaum di bulan rajab

*Keutamaan Puasa di Bulan Rajab.*

ألا إن رَجَب شَهْرُ اللهِ الأصَمّ، فَمَنْ صَامَ مِنْهُ  يَوْمًا إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا اسْتَوْجَبَ عَليْهِ رِضْوَانَ اللهِ الأَكْبَر، فَمَنْ صَامَ مِنْهُ يَوْمَيْنِ لاَ يَصِفُ الوَاصِفُونَ مِنْ أَهْلِ السَّمَاء ِوَالأَرْضَ مَالَهُ عِنْدَ اللهِ مِنْ الكَرَامَةِ، وَمَنْ صَامَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ عُوْفِيَ مِنْ كُلّ بَلاَءِ الدُّنيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ وَالجُنُوْن وَالخِذَام والبَرَص وَمِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ، وَمَنْ صَامَ سَبْعَةَ أيَّـامٍ غُلِقَتْ عَنْهُ سَبْعَةَ أَبْوَاب جَهَنَّم، وَمَنْ صَامَ ثمانِيَةَ أيامٍ فُتِحَتْ لَهُ ثمانِيَةَ  أبوَابِ الجَنَّة، وَمَنْ صَامَ عَشْرَةَ أَيامٍ لَمْ يَسْأَل مِنْ اللهِ شَيْئاً إلاَّ أَعْطَاهُ، وَمَنْ صَامَ خَمْسَةَ عَشَرَ يَوْمًا غَفَرَ اللهُ تَعَالى ذُنُوبَهُ مَاتقدَّمَ وَبـَدَّلَهُ بِسَيآتِهِ حَسَنَاتٍ وَمَنْ زَادَ، زَادَ اللهُ أَجْرَهُ.

_Sesungguhnya Rajab itu adalah bulan Allah yang ..  . Maka barangsiapa berpuasa pada bulan itu satu hari dengan penuh keimanan dan pengharapan maka dia pasti akan mendapatkan Ridha Allah yang besar. Dan barangsiapa berpuasa pada bulan itu dua hari maka dia akan mendapatkan sesuatu yang tidak dapat disifatkan oleh penghuni langit dan bumi tentang kemuliaannya di sisi Allah. Dan barangsiapa yang puasa tiga hari maka akan dijauhi dari bala dunia dan azab akhirat, dan penyakit gila, …, putihan dan dari ujian Dajjal. Dan barangsiapa puasa tujuh hari maka akan ditutup ke atasnya tujuh pintu neraka. Dan barangsiapa yang puasa delapan hari maka dibukakan untuknya delapan pintu-pintu surga, dan barangsiapa yang puasa sepuluh hari maka tidaklah dia meminta sesuatu kepada Allah kecuali akan dikabulkan. Dan barangsiapa berpuasa lima belas hari maka akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan segala kesalahannya akan diganti dengan kebaikan. Dan barangsiapa yang berpuasa lebih daripada itu, akan maka Allah pun akan menambahkan lagi pahalanya._

T🅰akhrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Shu’ab dan Fada’il al-awqat dan al-Asfahani dalam al-Targhib. Kesemuanya melalui ‘Utsman ibn Matar dari ‘Abd. Ghafur dari ‘Abd ‘Aziz ibn Sa’id dari bapaknya.

Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.

Dalam sanad al-Bayhaqi terdapat beberapa perawi yang da’if, amat da’if dan seorang yang dituduh meriwayatkan Hadis palsu daripada perawi tsiqat. Antaranya adalah ‘Utsman ibn Matar, dia da’if menurut Abu Hatim, al-Nasa’i, al-Dhahabi dan Ibn Hajar. Abu Salih ‘Abd. al-Gahafur al-Wasiti, menurut al-Bukhari mereka meninggalkannya dan Hadisnya munkar (تركوه وهو منكر الحديث).

Ibn ‘Adiy berkata:  Dia da’if dan Hadisnya munkar
(ضعيف منكر الحديث).

Al-Nasa’i berpendapat dia
متروك  الحديث .

Ibn Hibban pula menyatakan bahwa dia meriwayatkan Hadis-hadis palsu daripada perawi tsiqat
(كان يروي الموضوعات عن الثقات ).

Al-Bayhaqi yang meriwayatkan Hadis ini hanya mengatakan bahwa sanadnya da’if, akan tetapi Ibn Hajar yang kemudian diikuti oleh Ibn ‘Arraq menghukumkannya dengan palsu

صَوْمُ أَوَّل يَوْمٍ مِنْ رَجَب كَفَّارَة ثَلاَثَ سِنِيْنَ، وَالثاني كَفَّارَة سَنَتَيْنِ، وَالثالث كَفَّارَة سَنَة،
ُثمَّ كُل يَوْمٍ كَفارَة شَهْرٍ.

_Puasa hari pertama dari bulan Rajab menghapuskan dosa tiga tahun, puasa pada hari keduanya menghapuskan dosa dua tahun, dan puasa pada hari ketiga menghapuskan dosa satu tahun, kemudian setiap hari-hari selanjutnya akan menghapuskan dosa sebulan._

T🅰khrij Hadis:

Hadis ini seperti yang diisyaratkan oleh al-Suyuti, diriwayatkan oleh Abu Muhammmad al-Khallal dalam Fada’il Rajab daripada Ibn ‘Abbas

Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.

Al-Suyuti menghukumkan Hadis ini dengan da’if, akan tetapi al-Munawi mengatakan amat da’if,  kemudian beliau menukil pendapat Ibn Salah dan Ibn Rajab al-Hambali yang mengisyaratkan palsunya Hadis-hadis mengenai puasa Rajab. Al-Albani hanya menda’ifkan Hadis ini.

Hadis ini dapat dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan Ibn Qayyim dan Ibn Hajar seperti yang telah dijelaskan pada Hadis ke 154.

إنه لمَ ْ يَصُمْ بَعْدَ رَمَضَانَ إِلاَّ رَجَب وَشَعْبَانَ.

_Sesungguhnya Rasulullah saw belum pernah berpuasa selain bulan Ramadhan kecuali Rajab dan Sya’ban._

T🅰khrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bayhaqi dalam al-Shu’ab daripada Abu Hurairah.

Hukum Hadis: Da’if.

Al-Bayhaqi mengatakan bahwa sanad Hadis ini da’if.

Hadis:

إِنَّ فيِ الجَنّةِ  نَهْرًا يُقَالُ لَهُ رَجَب أَشَدّ بَيَاضًا مِنْ اللبنِ وَأَحْلَى مِنْ العَسَلِ، مَنْ صَامَ يَومًا مِنْ رَجَب سَقَاهُ اللهُ منْ ذلِكَ النَهَارِ.

_Sesungguhnya di surga ada sebuah sungai, dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada susu, lebih manis dari pada madu, barangsiapa yang puasa satu hari pada bulan Rajab, Allah akan memberikannya minum dari sungai itu._

T🅰khrij Hadis:

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam al-Majruhin dan al-Bayhaqi dalam Fada’il al-awqat dan al-Shayrazi dalam al-Alqab seperti diisyaratkan oleh al-Suyuti. Kesemuanya dari riwayat Anas.

Al-Khubawi mengisyaratkan bahwa Hadis ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Tetapi isyarat ini adalah salah sebab al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkan Hadis ini dan tidak ada seorang ulama Hadis pun yang mengisyaratkan ke arah itu, apa lagi Hadis ini adalah amat da’if, bahkan beberapa ulama menghukumkannya palsu. Jadi tidak mungkin keduanya meriwayatkan Hadis ini.

Hukum Hadis: Da’if.

Hadis ini telah dihukumkan palsu oleh beberapa ulama seperti Ibn al-Jawzi, al-Dhahabi dan Ibn Hajar dalam Lisan al-mizan. Sebabnya adalah di dalam sanad Hadis ini terdapat perawi pendusta, iaitu Mans.u-r b. Yazid. Ibn al-Jawzi mengatakan bahwa dalam sanadnya banyak yang tidak diketahui (فيه مجاهيل).

Akan tetapi al-Suyuti dan Ibn Hajar dalam kitab Tabyin al-’Ajab hanya me da’if kan Hadis ini., berbeda dengan hukuman beliau ke atas  Hadis ini dalam Lisan al-mizan seperti dijelaskan di atas. Beliau berkata “ Isnadnya secara am adalah da’if, akan tetapi ia belum sampai menjadikan Hadis ini palsu ”.

كُلُّ النَّاسِ جِيَاعٌ  يَوْمَ القِيَامَةِ إلاَّ  الأَنبـِيَاءَ وَأَهْلِيْهِمْ وَصَائِم رَجَب وَشَعْبَانَ وَرَمَضَانَ، فَإِنَّهُمْ شبَاعٌ لاَجُوْعَ  لَهُمْ وَلاَ عَطَشَ.

_Semua orang akan kelaparan pada hari kiamat kecuali para nabi-nabi dan keluarga-keluarga mereka, serta mereka yang berpuasa Rajab, Sya’ban dan Ramadhan._

T🅰khrij Hadis:

Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat ditemukan. Al-Khubawi menukilnya daripada kitab Zubdat al-wa’iz.in.

Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.

Hadis ini boleh dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh Ibn Hajar dan Ibn Qayyim seperti disebutkan di atas.

يا ثوبان، هؤلاء يعذبون في قبورهم، ودعوت لهم فخفف الله عنهم العذاب. ثم قال: ياثوبان لو صام هؤلاء يوما من رجب وما ناموا منه ليلة ما عذبوا في قبورهم. قلت: يا رسول الله أصوم يوم وقيام ليلة منه يمنع عذاب القبر ؟ ثم قال: ياثوبان، والذي بعثني بالحق نبيا، ما من مسلم ومسلمة يصوم يوما ويقوم ليلة من رجب يريد بهما وجه الله، إلا كتب الله له عبادة سنة صام نهارها وقام ليالها.

_Wahai Tsawban, mereka itu diazab di dalam kubur mereka, aku mendo’akan untuk maka  Allah pun meringankan siksa mereka. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Wahai Thawban, kalaulah seorang di antara mereka berpuasa di bulan Rajab, dan mereka tidak tidur di malamnya semalaman, niscaya mereka tidak akan disiksa di kubur mereka._

_Aku (Thawban) berkata: Wahai Rasulullah saw, apakah puasa satu hari dan qiyamullah satu malam dapat menghindari orang dari siksa kubur. Rasulullah saw menjawab: Wahai Thawban, demi Zat yang nyawaku ada di tangan-NYa, tidaklah seorang muslim atau muslimah berpuasa dalam satu hari di bulan Rajab, dan qiyamul lail  pada satu malamnya, mengharapkan ridha Allah, kecuali akan ditulis oleh Allah sebagai orang yang beribadah satu tahun yang paginya puasa dan malamnya qiyam al-lail._

T🅰khrij Hadis:

Hadis dengan lafaz seperti ini belum dapat ditemukan. Al-Khubawi menukilnya dari kitab Rawnaq al-majalis.

Hukum Hadis: Maudu’/Palsu.

Hadis:

Hadis ini  dapat dihukumkan palsu berdasarkan kaidah yang disebutkan oleh Ibn Hajar dan Ibn Qayyim seperti yang dijelaskan pada Hadis ke 154.

〰〰〰〰〰〰〰〰

_*Fiqh Ibadah di Bulan Rajab*_

Ada sedikit kegelisahan di hati ketika sebuah hadis yang berkaitan dengan sebuah ritual dihukumkan palsu oleh ulama hadis. Ada kesan lanjutan sebagai dampak dari kegelisahan tadi, yaitu apakah ibadah yang selama ini rutin dikerjakan dan ternyata hadisnya adalah palsu, lalu ibadahnya jadi bid’ah dan sia-sia?

Harus diketahui bahwa hadis palsu tidak mempengaruhi hukum fiqh yang dibangun dengan hadis sahih atau ayat al-Qur’an. Sebagai contoh, puasa adalah amalan yang disyari’atkan Islam, tentu dengan aturan yang sudah sama-sama dimaklumi. Ia boleh dilakukan kapan saja kecuali beberapa hari tertentu saja, yaitu 5 atau 6 hari dalam satu tahun. Selain disyari’atkan, puasa adalah amal kebaikan yang tentu saja berpahala. Hanya saja, berapa besarkah pahala yang didapat seorang ketika berpuasa, hanya Allah dan Rasul-Nya yang tahu, artinya, hanya melalui al-Qur’an dan hadis sahihlah kita dapat mengetahui besarnya pahala tersebut, ulama, siapapun orangnya, tidak dapat mengetahui besarnya pahala. Mereka dengan pemahaman dapat mengatakan bahwa ini berpahala karena merupakan amal shaleh, berapa besar pahalanya, wallahu a’lam bissawab.

Dengan demikian, maka bagi mereka yang melakukan shalat malam, puasa dan bershalawat di bulan Rajab, tetap akan mendapatkan pahala, hanya saja pahala yang dijanjikan atau diberikan bukan seperti yang dirincikan dalam hadis-hadis palsu.

Bid’ah atau tidak puasa di bulan Rajab atau shalat malam harinya, tentu saja tidak asal dasar pengamalannya bukan dimotivasi oleh hadis yang palsu.

Mengapa masih ada hadis palsu yang seperti itu?

Munculnya hadis palsu seperti di atas tidak lepas dari _nawaitu_ yang keliru dari para pembuatnya. Hadis di atas yang dihukumkan palsu karena jelas bukan perkataan atau sabda nabi saw, semua adalah perkataan orang yang dinisbahkan kepada nabi untuk mendapatkan legitimasi hukum. Tentu saja nabi saw _bari’_ (terlepas) dari tanggung jawab hukum/kesimpulan yang dihasilkan.

Mereka yang memalsukan hadis-hadis seperti di atas banyak disebabkan oleh keinginan mereka mengajak orang berbuat baik. Namun cara merekalah yang salah, yaitu dengan mengatasnamakan nabi dan mereka-reka pahala dari sebuah amalan. Ada dua kebohongan yang dilakukan, pertama menentukan/mereka-reka pahala dan kedua mengatakan kebohongannya ini sebagai perkataan Nabi saw.

Wallāhu A'lam

Bangkrut

HAKEKAT BANGKRUT
Rosululloh shollallohu a’laihi wasallam bersabda :
“Tahukah kalian apa yang disebut dengan orang yang bangkrut?”, mereka (para sahabat) berkata, “Orang bangkrut yang ada diantara kami adalah orang yang tidak ada dirhamnya dan tidak memiliki barang”. Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berkata, “Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan sholat, puasa, dan zakat. Dia datang dan telah mencela si fulan, telah menuduh si fulan (dengan tuduhan yang tidak benar), memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan, dan memukul si fulan. Maka diambillah kebaikan-kebaikannya dan diberikan kepada si fulan dan si fulan. Jika kebaikan-kebaikan telah habis sebelum cukup untuk menebus kesalahan-kesalahannya maka diambillah kesalahan-kesalahan mereka (yang telah ia dzolimi) kemudian dipikulkan kepadanya lalu iapun dilemparkan ke neraka”
(HR. Muslim).
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari hadits ini, dan ALLOH hindarkan kita dari kebangkrutan dunia dan akhirat.... Aamiin ... 🙏

Kamis, 07 Maret 2019

Shaum rajab

Hadits pahala mengingatkan keutamaan bln rajab = maudhu (palsu)

Hadits tentang shaum khusus bulan rajab tidak sharih (tdk jelas), adapun hadits rasul memperbanyak shaum di 3 bulan d antaranya bulan rajab, itu maksudnya shaum-shaum sunnah yg biasa Rasul lakukan, sprti shaum senin kamis, ayyamul bidh dll.

Adapuan shaum khusus bulan Rajab, itu tdk ada keterangan nya, dgn inilah Imam Ibn Hajar berkata:

لم يرد في فضل شهر رجب ، ولا في صيامه ، ولا في صيام شيء منه معين ، ولا في قيام ليلة مخصوصة فيه حديث صحيح يصلح للحجة ، وقد سبقني إلى الجزم بذلك الإمام أبو إسماعيل الهروي الحافظ

Tidak terdapat riwayat yang sahih yang layak dijadikan dalil tentang keutamaan bulan Rajab, tidak pula riwayat yang shahih tentang puasa rajab, atau puasa di tanggal tertentu bulan Rajab, atau shalat tahajud di malam tertentu bulan rajab. Keterangan saya ini telah didahului oleh keterangan Imam Al-Hafidz Abu Ismail Al-Harawi.” (Tabyinul Ajab bi Ma Warada fi Fadli Rajab, hlm. 6)

Telaga nabi

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pergi menuju kuburan lalu (ketika tiba di kuburan) mengucapkan,

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَاحِقُونَ ، وَدِدْتُ أَنِّي قَدْ رَأَيْتُ إِخْوَانَنَا . قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! أَلَسْنَا إِخْوَانَكَ ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ أَصْحَابِي ، وَإِخْوَانِي الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ! كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ يَأْتِي بَعْدَكَ مِنْ أُمَّتِكَ ؟ قَالَ : أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لِرَجُلٍ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ فِي خَيْلٍ بُهْمٍ دُهْمٍ أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ ؟ قَالُوا : بَلَى . قَالَ : فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ الْوُضُوءِ ، وَأَنَا فَرَطُهُمْ عَلَى الْحَوْضِ

“Salam atas kalian wahai penghuni (kuburan) tempat orang-orang beriman. Aku insya Allah akan menyusul kalian.

Aku ingin sekali berjumpa saudara-saudaraku.’

Mereka (para sahabat) berkata, ‘Wahai Rasulullah, bukankah kami saudaramu?’

Beliau bersabda, ‘Kalau kalian adalah para sahabatku. Saudara-saudaraku adalah mereka (orang-orang beriman) yang belum ada sekarang ini dan aku akan mendahulukan mereka di telaga. (surga) ’

Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana engkau mengenali orang-orang (beriman) yang datang setelah engkau dari kalangan umatmu?’

Beliau bersabda, ‘Bukankah jika seseorang punya kuda yang sebagian kecil bulunya putih akan mengenali kudanya di tengah kuda-kuda yang hitam legam?’

Mereka menjawab, ‘Ya’

Beliau berkata, ‘Sesungguhnya mereka akan datang pada hari kiamat dengan cahaya putih karena wudhu. Dan aku akan menunggu mereka di telaga.” (HR. Muslim, no. 249, Nasai, no. 150. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 2888)

Ya Allah... jadikan kami hamba Mu yang ditunggu Rasul Mu di telaga surga..

امين يا الله امين يا كريم

semoga Allah mengabulkan harapan hamba yg kecil ini...

Jumat, 01 Maret 2019

Perempuan sholat jum'at

Wa'alaikumussalaam warahmatullaah..

Niatnya wajib shalat zuhur. Krna wanita tidak wajib jumatan,

الجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلاَّ أَربَعَة : عَبدٌ مَملُوكٌ ، أَو امرَأَةٌ ، أَو صَبِيٌّ ، أَو مَرِيضٌ
“Jumatan adalah kewajiban bagi setiap muslim, untuk dilakukan secara berjamaah, kecuali 4 orang: Budak, wanita, anak (belum baligh), dan orang sakit.” (HR. Abu Daud 1067)

Dzikir setelah sholat

Setelah salam sebagai penutup shalat (fardhu), rasul langsung dzikir

كَانَ رَسولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلاَتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلاثَاً ، وَقَالَ : (( اللَّهُمَّ أنْتَ السَّلاَمُ ، وَمِنْكَ السَّلاَمُ ، تَبَارَكْتَ يَاذَا الجَلاَلِ وَالإكْرَامِ )) قِيلَ لِلأوْزَاعِيِّ – وَهُوَ أحَدُ رواة الحديث – : كَيْفَ الاسْتِغْفَارُ ؟ قَالَ : يقول : أسْتَغْفِرُ الله ، أسْتَغْفِرُ الله . رواه مسلم

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam selesai dari shalatnya (shalat fardhu), beliau beristighfar tiga kali dan mengucapkan “ALLAHUMMA ANTAS SALAAM, WA MINKAS SALAAM, TABAAROKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKROOM” (Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dari-Mu keselamatan. Mahasuci Engkau, wahai Tuhan Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).

Suami istri anak akan berkumpul di syurga

Seorang istri akan bersatu kembali dengan suaminya di surga kelak bahkan bersama-sama anak keturunannya baik laki-laki dan perempuan selama mereka beragama Isalam (mentauhidkan Allah -pen). Hal ini didasarkan pada firman Allah Ta’ala,

والذين آمنوا واتبعتهم ذريتهم بإيمان ألحقنا بهم ذريتهم وما ألتناهم من عملهم من شيء

” Dan orang-orang beriman, berserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan. Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan kami tidak mengurangi sedkitpun pahala amal (kebajikan) mereka.” (QS. Ath Thur: 21).

Allah menceritakan diantara doa malaikat pemikul ‘Arsy,

ربنا وأدخلهم جنات عدن التي وعدتهم ومَن صلح مِن آبائهم وأزواجهم وذرياتهم إنك أنت العزيز الحكيم

“Ya Rabb kami masukanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang shalih diantara nenek moyang mereka, istri-istri dan anak keturunan mereka. Sungguh Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Ghafir: 8)

Menguap ketika sholat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

التَّثَاؤُبُ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ الشَّيْطَانُ
“Menguap adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka hendaknya ditahan semampu dia, sesungguhnya jika salah seorang dari kalian (ketika menguap) mengatakan (keluar bunyi): ‘hah’, maka setan tertawa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan ini lafazh riwayat Al-Bukhari)

Dan diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan lafazh:

التَّثَاؤُبُ فِي الصَّلاةِ مِنْ الشَّيْطَانِ فَإِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَكْظِمْ مَا اسْتَطَاعَ

“Menguap ketika shalat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya.”

Ketika menguap berhenti dulu bacaannya

Muntah membatalkan shaum?

Wa'alaikumussalaam warahmatullaah..

Muntah tdk membatalkan shaum, krna hakikatnya mengeluarkan, bukan memasukkan