Selasa, 05 November 2019

HUKUM WALI ZINA OLEH BAPAK BIOLOGIS

DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah Lengkap
    Di Gedung Haji Qanul Manazil, Ciganitri Bandung,  11 Dzulqo’dah 1436 H
                                                               26 Agustus 2015      M

Tentang:
"HUKUM WALI ZINA OLEH BAPAK BIOLOGIS"
بسم الله الرحمن الرحيم

Dewan Hisbah Persatuan Islam setelah:
MENGINGAT:  
Firman Allah SWT : 
وَلَن يَجۡعَلَ ٱللَّهُ لِلۡكَـٰفِرِينَ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ سَبِيلاً "...
Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (Q.S. An-Nisa: 141).

وَأَنكِحُواْ ٱلۡأَيَـٰمَىٰ مِنكُمۡ وَٱلصَّـٰلِحِينَ مِنۡ عِبَادِكُمۡ وَإِمَآٮِٕمۡ‌ۚ " ..
.Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak [berkawin] dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan."(Q.S. An-Nur: 32).
وَلَا تُنكِحُواْ ٱلۡمُشۡرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤۡمِنُواْ‌ۚ " ..
.Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik [dengan wanita-wanita mu’min] sebelum mereka beriman..." (Q.S. Al-Baqarah: 221).
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menyatakan tentang anak zina,
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (....ولد زنا لأهل أمه من كانوا حرة أو أمة)
“Untuk keluarga ibunya yang masih ada, baik dia wanita merdeka maupun budak.”
(HR. Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a` Walad Az-Zina no.2268 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud no.1983)

Dalam riwayat yang lain, dari Ibnu Abbas, dinyatakan,
ومن ادعى ولدا من غير رشدة فلا يرث ولا يورث
“Siapa yang mengklaim anak dari hasil di luar nikah yang sah, maka dia tidak mewarisi anak biologis dan tidak mendapatkan warisan darinya.” (HR. Abu Dawud, kitab Ath-Thalaq, Bab Fi Iddi’a` Walad Az-Zina no. 2266)

الولد للفراش وللعاهر الحجر
“Anak itu menjadi hak pemilik firasy, dan bagi pezina dia mendapatkan kerugian.”
فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ

“Sulthan adalah wali bagi orang yang tidak ada wali.” (H.R. Imam Abu Dawud) 
حَدَّثَنَا أَبُو ذَرٍّ أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِى بَكْرٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ الْحُسَيْنِ بْنِ عَبَّادٍ النَّسَائِىُّ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ بْنِ سِنَانٍ حَدَّثَنَا أَبِى عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,,لَا نِكَاحَ إِلاَّ بِوَلِيٍّ وَشَاهِدَيْ عَدْلٍ،، (رواه ألدار قطنى وابن حبان)

Artinya: “Abu Dhar Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakr bercerita kepadaku dari Ahmad bin Husain bin ’Abbad al-Nasa-i dari Muhammad bin Yazid bin Sinan dari ayahnya dari Hisyam bin ’Urwah dari ayahnya dari ’Aisyah: ’Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda “Tidak ada nikah tanpa wali dan dua saksi yang adil.”(H.R. Daruquthni dan Ibnu Hibban)
عَنْ اَبِى مُوْسَى رض عَنِ النَّبِيِّ ص قَالَ: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيٍّ. الخمسة الا النسائى
Dari Abu Musa RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan (adanya) wali”. [HR. Khamsah kecuali Nasai] hadits ini didloifkan oleh Ibnu Hibban karena yang meiwayatkan tidak berjumpa dengan Nabi.
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوْسَى عَنِ الزُّهْرِيِ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: اَيُّمَا امْرَأَةٍ نَكَحَتْ بِغَيْرِ اِذْنِ وَلِيِّهَا فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ، فَنِكَاحُهَا بَاطِلٌ. ، فَاِنِ اشْتَجَرُوْا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ.(زواه احمد والترميذي)
Dari Sulaiman bin Musa dari Zuhri dari Urwah dari ‘Aisyah, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Siapa saja wanita yang menikah tanpa idzin walinya maka nikahnya batal, maka nikahnya batal, maka nikahnya batal.. Kemudian jika mereka (wali-walinya) berselisih, maka penguasa (hakimlah) yang menjadi walinya”. [HR. Ahmad dan tirmidzi )
Hadits ini dianggap lemah, karena Zuhri yang dinggap meriwayatkan hadits ini waktu ditanga kepadanya dia menjawab tidak meriwayatkan hadits ini..
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ النَّبِيَّ ص قَالَ: لاَ نِكَاحَ اِلاَّ بِوَلِيٍّ وَشاهدي عدل. فَاِنِ اشْتَجَرُوْا فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لاَ وَلِيَّ لَهُ.(زواه الدارقطنب والبيهقي))
Dari ‘Aisyah bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada nikah melainkan dengan (adanya) wali,. Kemudian jika mereka (wali-walinya) berselisih, maka penguasa (hakimlah) walinya wanita yang tidak punya wali”. [HR. Abu Dawud Ath-Thayalisi].hadits ini didhoifkan oleh Ibnul Mu’ien
لاَ تُزَوِّجُ الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ وَلاَ تُزَوِّجُ الْمَرْأَةُ نَفْسَهَا فَإِنَّ الزَّانِيَةَ هِيَ الَّتِيْ تُزَوِّجُ نَفْسَهَا.

"Wanita tidak boleh menikahkan wanita, dan tidak boleh pula wanita menikahkan dirinya sendiri. Sebab, hanya pezinalah yang menikahkan dirinya sendiri."( HR.Ibnu Majah dan Darruquthni) 

MEMPERHATIKAN :   
1.  Sambutan dan pengarahan dari Ketua Dewan Hisbah KH.Muhammad Romli
2.  Sambutan dan pengantar dari Ketua Umum PP Persis yang diwakili oleh Ketua Bidang Tarbiyah KH. Aceng Zakaria 
3.  Makalah dan pembahasan yang disampaikan oleh: KH.Drs. Taufiq Rahman Azhar, M.Ag
4.  Pembahasan dan penilaian dari anggota Dewan Hisbah terhadap masalah tersebut di atas.


MENIMBANG:   
1.  Anak hasil zina ada yang tidak diketahui ayah biologisnya (al-waladu lil firasy) yang hak warisnya hanya kepada ibu, ada yang diketahui sehingga hak warisnya kepada ibu dan bapak.
2.  Keputusan Sidang Dewan Hisbah 11 Sya’ban 1430  H/2 Agustus  2009 M 
a.  Laki-laki dan Perempuan haram menikahkan dirinya sendiri.
b.  Wali (Pelaku Ijab) dalam akad nikah termasuk rukun.
c.  Meminta izin kepada wali (orang tua) sebagai pelaksanaan birrul walidain hukumnya wajib.
3.  Diakui bahwa adanya nasab itu karena hubungan darah antara bapak dengan anak, baik bapaknya tersebut menikahi ibunya ataupun tidak.
4.  Bapaknya adalah wali ijbar (nasab).
5.  Tugas sebagai wali mujib dapat dipercayakan kepada siapa saja yang memenuhi syarat.
6.  Adanya kekhawatiran bila bapak dari anak hasil zina menjadi wali mujib akan membuka pintu perzinahan yang lebih lebar (Saddu Dzari’ah).

Dengan demikian Dewan Hisbah Persatuan Islam 

MENGISTINBATH :
1.  Bapak biologis menjadi wali mujib anak hasil zina hukumnya mubah.
2.  Walaupun hukumnya mubah bapak biologis tersebut tidak layak menjadi wali. 

Demikian keputusan Dewan Hisbah mengenai masalah tersebut dengan  makalah terlampir.
الله يأخذ بأيدينا الى ما فيه خير للإسلام و المسلمين
Bandung,  11 Dzulqo’dah 1436 H
                                                 26 Agustus 2015 M

        DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
         
   Ketua                         Sekretaris

KH. MUHAMMAD ROMLI                                                        KH. ZAE NANDANG
NIAT:  8301                          NIAT: 13511