Kamis, 13 September 2018

Apakah yang berbuat bid'ah itu ditolak dan sesat?

Wa'alaikumussalaam warahmatullaah.

Dalam sebuah hadits di sebutkan,

وقال الشيطان اهلكتهم باالذنوب، فأهلكونى بالاشتغفار، فلما رايت ذالك، فأهلكتهم بالاهواء.

“Dan berkata syetan, aku akan mencelakakan manusia dengan mendorong untuk berbuat dosa, tapi manusia pun bisa mencelakan aku dengan beristigfar, ketika aku melihat begitu, maka aku akan mencelakakan manusia dengan peribadahan yang dasarnya hawa nafsu (bid’ah)”.

Jika bid'ah itu berkaitan dgn syari'at atau aqidah, maka jelas dosa dan ancamannya neraka:

وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
”Dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid’ah) dan setiap bid’ah adalah sesat.” (HR. Muslim no. 867).

Ibnu Umar berkata :

كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة

“Seluruh bid’ah itu sesat sekalipun manusia memandangnya baik”. (Al Lalika’i 11/50).

Imam Malik, seorang Ulama besar gurunya Imam Syafi’i berkata :

من ابتدع في الإسلام بدعة يراها حسنة فقد زعم أن محمدا ﷺ خان الرسالة

“Siapa yang membuat bid’ah dalam agama, dan memandangnya sebagai sesuatu yang baik, berarti dia telah menuduh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengkhianati risalah”. (Al I’tishom 1/64-65).

Imam Syafi’i berkata :

من استحسن فقد شرع

“Barang siapa yang menganggap baik (bid’ah), maka ia telah membuat syariat”. (Syarh Tanqih Al Fushul: 452).

Imam Syafi’i berkata :

إنما الاستحسان تلذذ

“Sesungguhnya istihsan (menganggap baik) itu hanyalah menuruti hawa nafsu”. (Ar-Risalah: 507)