Sabtu, 17 Maret 2018

Sujud tilawah dan sujud syukur

Ustadz mohon bertanya

Saat sholat dan kita membaca ayat sajdah apa disunahkan untuk sujud tilawah??

Jawab:

Para ulama ahli fiqih maupun ushul telah sepakat, bhwa sujud tiawah / sujud syukur adalah masyru'iyyah.

Adapun hukumnya, ada yg mengatakan wajib dan ada yg mengatakan sunnah. Hemat ana, hukum sujud tilawah adalah sunnah.

Kesunnahan sujud tilawah ini berkaitan dgn saat membaca ayat sajdah baik dalam shalat dan diluar shalat.

Inilah pendapat madzhab Malikiyah (Lihat Bidayat al-Mujtahid 1/161), Asy-Syafi’iyah (Lihat al-Majmû’ 4/61), Hambaliyah (Lihat al-Mughni 2/346) dan Zhâhiriyah (Lihat al-Muhalla 5/106). juga pendapat al-Laits bin Sa’ad, al-Auza’i (Lihat al-Mughni 3/364), Ishâq dan Abu Tsaur. (Lihat al-Majmû’ 4/61).

Argumentasi dalil² nya sbb:

1. Hadits Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, beliau berkata:

– قَرَأْتُ عَلَى اَلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلنَّجْمَ , فَلَمْ يَسْجُدْ فِيهَا

Aku membacakan surat an-Najm kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Beliau tidak sujud padanya. [HR al-Bukhari dan Muslim].

Seandainya sujud tersebut wajib, tentu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersujud dan memerintahkan Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu untuk bersujud, sehingga al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak sujud untuk menjelaskan kebolehannya [Fathul Bâri 2/555].

2. Diriwayatkan bahwa ada seorang yang membaca ayat sajdah didekat Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu sujud dan membacanya dilain waktu dan tidak sujud. Maka Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

كُنْتَ إِمَامُنَا، فَلَوْ سَجَدْتَ سَجَدْنَا

Kamu adalah imam kami, seandainya kamu sujud maka kamipun sujud. ([HR. Asy-Syafi’i dalam al-Musnad 1/122 dan al-Baihaqi 2/324]

Disini Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memerintahkannya bersujud dan membenarkan perbuatan orang tersebut yang tidak sujud.

Namun hadits ini lemah. Dinilai lemah oleh al-Baihaqi rahimahullah dan yang shahih adalah dari jalan periwayatan Atha bin Yasaar rahimahullah secara mursal. al-Hâfizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata bahwa perawinya tsiqât (terpercaya) kecuali haditsnya mursal [Fathul Bâri 2/556].

3. Sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada A’rabi ketika bertanya kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat apa saja yang diwajibkan kepadanya:

خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ فَقَالَ هَلْ عَلَيَّ غَيْرُهَا قَالَ لَا إِلَّا أَنْ تَطَوَّعَ

Shalat lima waktu dalam sehari semalam, lalu Ia bertanya: Apakah ada selain itu yang diwajibkan atasku? maka beliau menjawab: Tidak ada, kecuali bila kamu ingin tatawwu’ (shalat sunnah). [HR. Al-Bukhari].

4. Imam al-Bukhari meriwayatkan atsar dari Umar Radhiyallahu anhu :

أن عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَرَأَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِسُورَةِ النَّحْلِ حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجْدَةَ نَزَلَ فَسَجَدَ وَسَجَدَ النَّاسُ حَتَّى إِذَا كَانَتْ الْجُمُعَةُ الْقَابِلَةُ قَرَأَ بِهَا حَتَّى إِذَا جَاءَ السَّجْدَةَ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا نَمُرُّ بِالسُّجُودِ فَمَنْ سَجَدَ فَقَدْ أَصَابَ وَمَنْ لَمْ يَسْجُدْ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَلَمْ يَسْجُدْ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

sesungguhnya Umar bin al-Khathab Radhiyallahu anhu pada hari Jum’at membaca surat an-Nahl di atas mimbar hingga apabila sampai pada ayat sajdah, beliau turun lalu sujud dan kaum Muslimin ikut sujud, hingga pada hari Jum’at berikutnya, beliau membaca surat tersebut hingga sampai ayat sajdah, beliau z berkata: Wahai kaum Muslimin, sungguh kita diperintahkan sujud. Barangsiapa yang sujud maka ia telah menjalankan sunnah sedangkan orang yang tidak sujud maka ia tidak berdosa. Umar x pun tidak bersujud. [Shahîh al-Bukhâri 2/43].

Imam Nâfi’ menambahkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Umar bin al-Khathab Radhiyallahu anhu berkata:

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَفْرِضِ السُّجُودَ إِلَّا أَنْ نَشَاءَ

Sesungguhnya Allâh tidak mewajibkan sujud kecuali kita menginginkannya.

Ini adalah perbuatan dan pernyataan Khalifah Umar bin al-Khathab Radhiyallahu anhu di atas mimbar dan di khalayak ramai dan tidak ada yang membantah. Ini menunjukkan kesepakatan mereka tentang tidak wajibnya sujud Tilâwah.

5. Hukum asalnya adalah tidak wajib sampai ada dalil yang shahih lagi gamblang dalam perintahnya dengan tanpa ada penentangnya. Dalam masalah ini tidak ada hal tersebut sehingga kembali kepada hukum asal.

6. Menganalogikannya dengan sujud syukur.