Selasa, 01 Mei 2018

Hadits keutamaan nishfu Syaban Tidak ada yg Shahih atau Hasan

*Hadits keutamaan nishfu Syaban Tidak ada yg Shahih atau Hasan*
--------------------

1. Hadits Mu’adz bin Jabal

عن معاذ بن جبل عن النبي أنه قال : (يطلع الله إلى خلقه ليلة النصف شعبان فيغفـر لجميع خلقـه إلا مشــرك أو مشاحن) .
Dari Mu’adz bin Jabal dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda: _“Allah melihat makhluknya pada malam nishfu Sya’ban. Maka Dia mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan musyahin”_

Ini hadits Munkar
Dikeluarkan oleh Ibnu Abi A’shim dalam as-Sunnah 1/356, Ibnu Hibban dalam shahihnya 12/481, Thobroni dalam mujam kabirnya 2/108, juga dalam mujam ausath 7/397, juga dalam musnad syamiyyin 1/129, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/415, dalam fadloilul Auqot hal 119, Abu Nu’aem dalam al-Hilyah 5/191, asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100, Daroquthni dalam an-Nuzul hal 158, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 54/97.

*Semua diatas periwayatannya melalui jalur Abi Kholid Utbah bin Hammad dari al-Auza’I dari Makhul dari Malik bin Yukhomir dari Mu’adz bin Jabal.*

*Dalam sanad ini terdapat Makhul asy-Syami, beliau seorang mudallis dan ‘an’anah dalam periwayatannya* (lihat ta’rifu ahlit-Taqdis karya Ibnu Hajar hal 113, al-Ithaf karya al-Anshori hal 49 dan Qoshidah mudallisin karya al-Maqdisi hal 65)

Adz-Dzahabi dalam siyar ‘Alam Nubala 5/156 mengatakan:

روى أيضاً عن طائفة من قدمـاء التابعين ، وما أحسبه لقيهم ، كأبي مسلم الخولاني ، ومسروق ، ومالك بن يخامر
_”Dia (Makhul) meriwayatkan juga dari senior Tabi’in. Aku tidak mengira dia pernah bertemu mereka seperti dengan Abu Muslim al-Khoulani, Masruq dan Malik bin yukhomir”_

Hadits diatas dikeluarkan juga oleh Ibnu Abi A’shim dalam as-sunnah 1/356, Ibnu hibban dalam shahihnya 12/481, Thobroni dalam mujam kabirnya 2/108, dalam mujam ausath juga 7/397, juga dalam musnad syamiyyin 1/129, al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/415, dalam fadloilul Auqot hal 119, Abu Nu’aem dalam al-Hilyah 5/191, asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100, Daroquthni dalam an-Nuzul hal 158, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 54/97.

*Semuanya melalui jalur Abu Kholid Utbah bin Hammad dari Ibnu Tsauban dari Makhul dari Malik bin Yukhomir dari Mu’adz bin Jabal.*

Sanad ini punya 2 cacat:

a). Terputus antara Ibnu Tsauban dan Makhul (lihat al-Marosil karya Ibnu Abi Hatim hal 129)

b). Makhul seorang Mudallis

Ibnu Abi Hatim dalam al-Ilalnya 2/173 berkata:

سألت أبي عن حديث رواه أبو خليد القاري عن الأوزاعي عن مكحول وعن أبن ثوبان عن أبيه عن مكحول عن مــالك بن يخـــــــامر عن معاذ بن جبل قال قال رسول الله ( يطلع الله تبارك وتعالـــى ليلـــةالنصف من شعبا ن الى خلقه ) قال أبي هذا حديث منكر بهذا الإسناد)
_Aku bertanya ayahku mengenai hadits yang diriwayatkan Abu Kholid al-Qori dari Auza’I dari makhul dari Ibnu Tsauban dari Ayahnya dari Makhul dari Malik bin Yukhomir dari Mu’adz bin Jabal dia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Allah melihat makhluknya pada malam nishfu Sya’ban. Maka Dia mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan musyahin”. Ayahku menjawab: INI adalah hadits Munkar dengan sanad ini”_.

Imam Daroqutni dalam al-Ilalnya 6/51 berkata:

يروى عن مكحول وأختلف عليه فرواه أبو خليد عتبة بن حماد القاري عن الأوزاعي عن مكحول عن مالك بن يخامر عن معاذ بن جبل، الى أن قال عن أبي خليد عن ابن ثوبان عن أبيه عن خالـد بن معدان عن كثير بن مرة عن معاذ بن جبل كلاهما غير محفوظ
_”(Hadits diatas) Diriwayatkan dari Makhul melalui dua jalur, (1) Abu Kholid Utbah bin Hammad dari Auza’I dari Makhul dari Malik bin Yukhomir dari Mu’adz bin Jabal. (2) Abu Kholid dari Ibnu Tsauban dari Ayahnya dari Kholid bin Ma’dan dari Katsir bin Murroh dari Mu’adz bin Jabal. KEDUA_DUANYA tidak makfudz (MUNKAR)”_.

Sanad Mu’adz bin Jabal diatas memiliki syawahid jalur lain dari beberapa Shahabat: Ali bin Abi Tholib, Sy A’isyah, Abdullah bin Amr, Abu Musa al-Asy’ari, Abu Bakar, Abi Hurairah, Auf bin Malik, Abu Tsa’labah al-Khosyni, Abu Umamah radliyallahu ‘anhum

Dengan adanya jalur sanad sanad para Shahabat yang disebutkan, Syeikh al-Albani dalam kitab-kitab takhrijnya menilai hadits diatas shahih. Demikian pula Syeikh Masyhur Hasan Alu Salman menulis risalah khusus berjudul Husnul Bayan fiima waroda fii lailatin-Nishfi min Sya’ban. Beliau mengikuti Syeikh al-Albani menilai Shahih.

Mereka berdua rahimahumallah dll berpandangan hadits-hadits melalui jalur shahabat-shahabat yang disebutkan diatas menguatkan satu sama lain sekaligus menaikan derajat hadits keutamaan Nishfu Sya’ban menjadi Shahih.

Padahal bila dianalisis lebih teliti berdasarkan keterangan para ahlul Naqd secara komprehenshif, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa semua jalur riwayat tersebut tidak layak menjadi syawahid dan tidak bisa saling menguatkan dikarenakan nakaroh, idltirob atau syadid dlo’fi.

Berikut Ini Uraian lengkap selanjutnya ………………..
[30/4 15:36] ‪+62 813-8015-7930‬: *3. Hadits Sy. A’isyah*

Sanadnya ada tiga jalur:

*1). Urwah bin Zubair dari A’isyah*
Dikeluarkan oleh imam Tirmidzi dalam sunannya 3/116, Ibnu Majah dalam sunannya 1/444, Imam Ahmad bin musnadnya 18/114, Abu thohir dalam kitab Masyikhohnya hal 76, Ibnu Abi Syaibah dalam mushonnafnya 6/109, Ibnu Baththoh dalam al-Ibanah 3/225, al-Lalaka’I dalam as-sunnah 2/496, Ibnul Jauzi dalam al-ilalul Mutanahiyah 2/66, imam Baihaqi dalam Su’abul Iman 7/408, juga dalam fadloilul auqot hal 130, Imam Daruquthni dalam an-nuzul hal 169, asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100, Ishaq bin Rohawaih dalam musnadnya 2/326, al-Fakihi dalam akhbar Makkah 3/85, Ibnu Humaid dalam al-Muntakhob hal 437.

Semua itu melalui Hajjaj bin Arthoth dari Yahya bin Abi Katsir dari urwah bin Zubair dari A’isyah bahwa dia berkata:

فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَإِذَا هُوَ  بِالْبَقِيعِ , رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ: " أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ؟ قَالَتْ: مَا ذَاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ , وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ , قَالَ: إِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ
_"Pada suatu malam saya pernah kehilangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, lalu saya keluar dan ternyata beliau sedang di Baqi', mengangkat pandangannya ke langit seraya bersabda kepadaku: 'Apakah engkau takut, Allah akan menzhalimi mu dan Rasul-Nya? ' Aisyah berkata; "Saya berkata; 'Saya mengira engkau mendatangi sebagian isteri-isterimu." Beliau bersabda: 'Sesungguhnya Allah Azzawajalla turun di pertengahan malam ke langit dunia di bulan Sya'ban, lalu ia mengampuni untuk sejumlah bulu rambut kambing Bani Kalb."_

Hadits ini saqith (bodong) dan munqothi’ (terputus sanadnya) pada dua titik periwayatan, yaitu  Hajjaj tidak mendengar dari Yahya bin Abi Katsir, dan Yahya bin Abi Katsir tidak mendengarnya dari Urwah bin Zubair. (sunan Tirmidzi 3/117, Tahdzib at-Tahdzib 1/501, jami’ut-Tahshil karya al-Ula’I hal 160 dan 299, al-Marosil karya Ibnu Abi Hatim hal 242, Tahdzibul Kamal 31/505)

Ada Tabi’ (penyerta) bagi Yahya bin Abi Katsir yaitu Hisyam bin Urwah yang diterima riwayatnya oleh Sulaiman bin Abi Karimah. Jalur ini dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-ilal al-mutanahiyah 2/67, Thobroni dalam ad-Du’a hal 194, Daroquthni dalam an-Nuzul hal 155 dll.

Namun Sulaiman bin Abi Karimah adalah rawi munkarul hadits. Imam Abu Hatim berkata: dia dlo’iful hadits. Al-Uqoili berkata: Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar yang umunya tidak diikuti oleh perawi lain. (al-Jarh wat-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim 4/138, al-Kamil karya Ibnu Adi 4/284, Mizanul I’tidal karya adz-Dzahabi 2/221, lisanul Mizan karya Ibnu Hajar 3/102, ad-Du’afa karya al-Uqoili 2/138, al-Ilal karya Ibnu Abi Hatim 1/410, ad-Du’afa karya Ibnul jauzi 1/24)

*2). Abdullah bin Abi Malikah dari Aisyah.*
Dikeluarkan oleh Ibnul JAuzi dalam al-Ilal al-Mutanahiyah 2/69 melalui jalur Sa’ad bin Sholt dari Atho’ bin Ajlan dari Abdillah bin Abi Malikah dari Aisyah.

Jalur sanad ini maudlu’, Atho’ bin Ajlan divonis kadz-dzab (pendusta) oleh Ibnu Ma’in, al-Fallas, al-Jauzajani. Dan divonis munkarul hadits oleh Imam Bukhari serta Abu Hatim (tarikh kabir karya Imam Bukhari 6/476, al-Jarh wat-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim 6/335, Tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar 2/129, tahdzibul Kamal 20/94 dll)

*3). Al-Ula bin al-Harits dari A’isyah*
Dikeluarkan oleh al-BAihaqi dalam Syu’abul Iman 7/415 melalui jalur Abdullah bin Wahb dari Mu’awiyah bin Sholih dari al-Ula in al-Harits dari A’isyah.

Sanad ini munqothi’ (terputus), al-Ula tidak mendengar dari A’isyah sebab dia dilahirkan setelah 8 tahun meninggalnya Aisyah. (tahdzib at-Tahdzib karya Ibnu Hajar 4/509, 6/550)

Imam Daruquthni berkata: Hadits Aisyah diriwayatkan dari beberapa jalur, isnadnya mudltorib dan tidak tsabit (konsisten) (al-Ilal al-Mutanahiyah 2/66)

Syeikh al-albani pun dalam dloif jami shogir no. 754 menilainya dloif .

Semua jalur sanad A’isyah ini munkar, menyalahi ceritera hadits A’isyah sebenarnya yang dikeluarkan Imam Muslim dalam shahihnya 2/669,

عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ قَيْسِ بْنِ مَخْرَمَةَ بْنِ الْمُطَّلِبِ أَنَّهُ قَالَ يَوْمًا أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ أُمِّي قَالَ فَظَنَنَّا أَنَّهُ يُرِيدُ أُمَّهُ الَّتِي وَلَدَتْهُ قَالَ قَالَتْ عَائِشَةُ أَلَا أُحَدِّثُكُمْ عَنِّي وَعَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْنَا بَلَى قَالَ قَالَتْ لَمَّا كَانَتْ لَيْلَتِي الَّتِي كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا عِنْدِي انْقَلَبَ فَوَضَعَ رِدَاءَهُ وَخَلَعَ نَعْلَيْهِ فَوَضَعَهُمَا عِنْدَ رِجْلَيْهِ وَبَسَطَ طَرَفَ إِزَارِهِ عَلَى فِرَاشِهِ فَاضْطَجَعَ فَلَمْ يَلْبَثْ إِلَّا رَيْثَمَا ظَنَّ أَنْ قَدْ رَقَدْتُ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ رُوَيْدًا وَانْتَعَلَ رُوَيْدًا وَفَتَحَ الْبَابَ فَخَرَجَ ثُمَّ أَجَافَهُ رُوَيْدًا فَجَعَلْتُ دِرْعِي فِي رَأْسِي وَاخْتَمَرْتُ وَتَقَنَّعْتُ إِزَارِي ثُمَّ انْطَلَقْتُ عَلَى إِثْرِهِ حَتَّى جَاءَ الْبَقِيعَ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ انْحَرَفَ فَانْحَرَفْتُ فَأَسْرَعَ فَأَسْرَعْتُ فَهَرْوَلَ فَهَرْوَلْتُ فَأَحْضَرَ فَأَحْضَرْتُ فَسَبَقْتُهُ فَدَخَلْتُ فَلَيْسَ إِلَّا أَنْ اضْطَجَعْتُ فَدَخَلَ فَقَالَ مَا لَكِ يَا عَائِشُ حَشْيَا رَابِيَةً قَالَتْ قُلْتُ لَا شَيْءَ قَالَ لَتُخْبِرِينِي أَوْ لَيُخْبِرَنِّي اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي فَأَخْبَرْتُهُ قَالَ فَأَنْتِ السَّوَادُ الَّذِي رَأَيْتُ أَمَامِي قُلْتُ نَعَمْ فَلَهَدَنِي فِي صَدْرِي لَهْدَةً أَوْجَعَتْنِي ثُمَّ قَالَ أَظَنَنْتِ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ مَهْمَا يَكْتُمِ النَّاسُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ نَعَمْ قَالَ فَإِنَّ جِبْرِيلَ أَتَانِي حِينَ رَأَيْتِ فَنَادَانِي فَأَخْفَاهُ مِنْكِ فَأَجَبْتُهُ فَأَخْفَيْتُهُ مِنْكِ وَلَمْ يَكُنْ يَدْخُلُ عَلَيْكِ وَقَدْ وَضَعْتِ ثِيَابَكِ وَظَنَنْتُ أَنْ قَدْ رَقَدْتِ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَكِ وَخَشِيتُ أَنْ تَسْتَوْحِشِي فَقَالَ إِنَّ رَبَّكَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَأْتِيَ أَهْلَ الْبَقِيعِ فَتَسْتَغْفِرَ لَهُمْ قَالَتْ قُلْتُ كَيْفَ أَقُولُ لَهُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُولِي السَّلَامُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ
_Dari Muhammad bin Qais bin Makhramah bin Al Muthallib bahwa pada suatu hari ia berkata, "Maukah kalian aku ceritakan (hadits) dariku dan dari ibuku?" -maka kami pun menyangka bahwa yang ia maksud dengan ibunya adalah Ibu yang telah melahirkannya- Ia berkata; Aisyah berkata, "Maukah kalian aku ceritakan hadits dariku dan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" kami menjawab, "Ya, mau." Aisyah berkata; Pada suatu malam ketika giliran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam di rumahku, setelah beliau menanggalkan pakaiannya, meletakkan terompahnya dekat kaki dan membentangkan pinggir jubahnya di atas kasur, beliau lantas berbaring. Setelah beberapa lama kemudian dan barangkali beliau menyangkaku telah tidur, beliau mengambil baju dan terompahnya, dibukanya pintu perlahan-lahan dan kemudian ditutupnya kembali perlahan-lahan. Menyaksikan beliau seperti itu, kukenakan pula bajuku dan kututup kepalaku dengan kain, kemudian aku mengikuti beliau dari belakang hingga sampai di Baqi'. Ketika sampai di sana beliau berdiri agak lama, kemudian beliau mengangkat kedua tangannya tiga kali, sesudah itu beliau berbalik pulang. Aku pun berbalik pula mendahului beliau. Kalau beliau berjalan cepat, maka aku pun berjalan cepat-cepat. Bila beliau berlari kecil, aku pun demikian. Ketika beliau sampai, aku pun sudah sampai lebih dulu dari beliau. Kemudian aku masuk ke dalam rumah dan langsung tidur. Setelah itu, beliau masuk dan bertanya: "Kenapa kamu wahai Aisyah?
Kudengar nafasmu kembang kempis.?" Jawabku, "Tidak ada apa-apa wahai Rasulullah?" Beliau berkata: "Ceritakanlah kepadaku atau kalau tidak Allah -Yang Maha Lembut dan Mengetahui- akan menceritakannya padaku." Aku menjawab, "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku." Lalu kuceritakanlah kepada beliau apa yang sebenarnya terjadi. Beliau berkata, "Kalau begitu, kamulah kiranya bayangan hitam yang saya lihat di depanku tadi?" Saya menjawab, "Ya, benar wahai Rasulullah." Maka beliau pun mendorong dadaku dengan keras hingga terasa sakit bagiku. Kemudian beliau berkata, "Apakah kamu masih curiga, Allah dan Rasul-Nya akan berbuat curang kepadamu?" jawabku, "Setiap apa yang dirahasiakan manusia, pasti Allah mengetahuinya pula." Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menceritakan kenapa beliau sampai keluar. Beliau bercerita: "Tadi Jibril datang, tapi karena ia melihat ada kamu, dia memanggilku perlahan-lahan sehingga tidak terdengar olehmu. Aku menjawab panggilannya tanpa terdengar pula olehmu. Dia tidak masuk ke rumah, karena kamu menanggalkan pakaianmu. Dan aku pun mengira bahwa kamu telah tidur, karena itu aku segan membangunkanmu khawatir engkau akan merasa kesepian. Jibril berkata padaku, 'Allah memerintahkan agar Tuan datang ke Baqi' dan memohonkan ampunan bagi para penghuninya.' Aku berkata, 'Lalu apa yang kubaca sesampai di sana wahai rasulullah? ' Jibril menjawab, 'Bacalah: AS SALAAMU 'ALA AHLID DIYAAR MINAL MUKMINIIN WAL MUSLIMIIN WA YARHAMULLAHUL MUSTAQDIMIIN MINNAA WAL MUSTA`KHIRIIN WA INNAA INSYAA`ALLAHU BIKUM LAAHIQUUN (Semoga keselamatan tercurah bagi penduduk kampung orang-orang mukmin dan muslim ini. Dan semoga Allah memberi rahmat kepada orang-orang yang telah mendahului kami dan orang-orang kemudian, dan kami insya Allah akan menyusul kalian semua).'_ (HR. Muslim)

*Oleh sebab kemunkarannya, sanad hadits Aisyah tidak dapat menguatkan sanad hadits keutamaan Malam Nishfu Sya’ban lainnya.*
[30/4 15:36] ‪+62 813-8015-7930‬: *4. Hadits Abdullah bin Amr*

Dikeluarkan Imam Ahmad dalam Musnadnya 6/197, melalui jalur Abdullah bin Lahi’ah dari Huyay bin Abdillah dari Abdirraman al-Hubulli dari Abdullah bin Amr dari anbi saw bahwa beliau bersabda:

يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ: مُشَاحِنٍ، وَقَاتِلِ نَفْسٍ
_"Allah Ta'ala mengamati makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan sya'ban, lalu Dia mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali dua saja; orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh seseorang."_

Hadits ini sangat dloif dengan 2 cacat:

a). Abdullah bin Lahi’ah didloifkan Abu Zur’ah, Abu Hatim, Ibnu Ma’in, Imam Nasa’I dan imam Daroquthni. Imam Bukhari menyatakan bahwa Imam Ibnu Sa’id tidak menganggap dia dan al-Jauzajani mengatakan: Tidak ada cahaya dalam haditsnya dan tidak patut dijadikan hujjah. (Tahdzibul Kamal 15/487, ad-Dlu’fa ash-Shogir karya Imam Bukhari hal 134, adl-Dlu’afa wal matrukin karya Imam Nasa’I hal 135, adl-Dlu’afa wal matrukin karya Imam Daroquthni hal 265, Mizan al-I’tidal 2/475, tahdzib at-tahdzib 3/272)

b). Huyay bin Abdillah al-Mu’afiri dinilai hadits-haditsnya munkar oleh Imam Ahmad dan dinilai matruk oleh Imam Nasa’I (Tahdzibul Kamal 7/488, Tarikhul Kabir karya Imam Bukhari 3/76, adl-Dlu’afa wal matrukin karya Imam Nasa’I hal 90, adl-Dlu’afa wal matrukin karya Imam Daroquthni hal 265, Mizan al-I’tidal 1/623, tahdzib at-tahdzib 2/47)

Ada tabi (rawi penyerta) bagi Abdullah bin Lahi’ah yaitu Risydin bin Sa’ad dalam jalur sanad yang dikeluarkan Ibnu Hayawaih sebagaimana disebutkan syeikh al-albani dalam silsilah shahihahnya 3/136.

Namun Risydin adalah rawi yang lebih dloif dari Abdullah bin Lahi’ah. Abu Hatim berkata: Risydin itu munkarul hadits, dalam haditsnya ada gaflah, dia meriwayatkan hadits munkar dari rawi tsiqot, dia dloiful hadits serupa dengan Dawud al-Mukhbir. Abdullah bin Lahi’ah lebih tertutup sedangkan Risydin lebih Dlo’if.

Ibnu Ma’in berkata hadits-hadits Risydin tidak ditulis. Imam Nasa’I mematrukannya. Imam muslim, Tirmidzi dan Daroquthni mendloifkannya. Al-Jauzajani berkata: disisinya hadits-hadits mu’dlol dan hadits munkar yang banyak. (al-Jarh wat-Ta’di 3/153, Tahdzibul kamal 9/191, al-Kuna karya imam Muslim 1/262, ad-Dlu’afa karya al-Uqoili 2/66, al-Kamil karya Ibnu Adi 4/191, Thobaqot Ibnu Sa’ad 7/517, Mizan I’tidal 2/49 dll)

*Oleh sebab itu Hadits Abdullah bin Amr ini tidak layak dijadikan Syahid yang menguatkan atau dikuatkan.*
[30/4 15:36] ‪+62 813-8015-7930‬: *5. Hadits Abu Musa al-Asy’ari*

Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dalam sunannya 1/445, Ibnu Abi A’shim dalam as-Sunnah 1/355, al-Mizzi dalam at-tahdzib 9/309, al-Lalaka’I dalam as-sunnah 2/495, imam Baihaqi dalam Fadloil Auqot hal 132, *Melalui jalur Abdullah bin lahi’ah dari Zubair bin Sulaim dari ad-Dlohhak bin Abdirahman dari Ayahnya dari Abi Musa al-Asy’ari*.

Sanad hadits ini saqith (jatuh), ada 3 cacat didalamnya:

a). Abdullah bin Lahi’ah rawi yang dlo’if
b). Zubair bin Sulaim adalah rawi majhul sebagaimana dikatakan ad-Dzahabi dalam mizan I’tidal 2/67 dan Ibnu Hajardalam at-Taqrib hal 335.
c). Abdurahman bin Arzab (bapaknya ad-Dohhak) adalah juga majhul spt disebutkan al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Taqribnya hal 590.

Dikeluarkan pula oleh Ibnu Majah dalam sunannya 1/445, Ibnul Jauzi dalam al-ilal al-Mutanahiyah 2/71 *Melalui jalur Ibnu Lahi’ah dari adl-Dlohhak bin Aiman dari ad-Dlohhak bin Abdirahman bin Arzab dari Abi Musa al-Asy’ari*.

Sanad ini juga sama saqith dengan 3 cacat:

a). Dloifnya Ibnu Lahi’ah
b). Majhulnya adl-Dlohhak bin Aiman al-Kalbi (mizan al-I’tidal 2/322, Tahdzib at-tahdzib 2/560)
c). terputusnya antara ad-Dlohhak bin Abdirahman dan Abu Musa al-Asy’ari. (al-Jarh wat-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim 4/459)

*Dengan demikian, sanad hadits dengan tingkat kecacatan seperti ini tidak mungkin menjadi Syahid yang menguatkan sanad dloif lainnya.*
[30/4 15:36] ‪+62 813-8015-7930‬: *6. Hadits Abu Bakar ash-Shiddiq*

Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah 1/354, al-Laka’i dalam as-Sunnah 2/486, al-Uqoili dalam adl-dlu’afa 3/29, Ibnu Adi dalam al-kamil 6/535, Darimi dalam ar-Radd ‘alal Jahmiyah hal 81, Ibnu Khuzaimah dalam at-Tauhid 1/327, Ibnul Jauzi dalam al-Ilal al-Mutanahiyah 2/66, Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman 7/412, al-Baghowi dalam syarhus-Sunnah 4/127, al-Bazzar dalam musnadnya 1/207, Abu Syeikh dalam thobaqoh Muhadditsin bi Ashbahan 2/107, al-Marwazi dalam musnad Abi Bakar ash-Shiddiq hal 171, al-Fakihi dalam Akhbar Makkah 3/85, Abu Nu’aem dalam akhbar Ashbahan 1/426, asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/107.
Semua diatas *melalui Abdillah bin Wahab dari Amr bin al-Harits dari Abdil Malik bin Abdil Malik dari Mush’ab bin Abi Dzi’ib dari al-Qosim bin Muhammad dari Pamannya atau Bapaknya dari Abu Bakar* dari Rasulillah saw bahwa beliau bersabda:

يَنْزِلُ اللَّهُ جَلَّ ثَنَاؤُهُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَغْفِرُ لِكُلِّ نَفْسٍ إِلا إِنْسَانًا فِي قَلْبِهِ شَحْنَاءُ، أَوْ مُشْرِكًا بِاللَّهِ
_”Allah jalla Tsana’uh turun pada malam Nishfu Syaban kelangit dunia, lalu mengampuni setiap jiwa kecuali manusia yang didalam hatinya ada syahna’ (dendam) dan yang musyrik kepada Allah”_

Sanad ini Munkar dengan 2 cacat:

a). Abdul Malik bin Abdil Malik adalah rawi munkarul hadits jiddan seperti dinyatakan Ibnu Hibban. Dia meriwayatkan hadits yang tidak dimutaba’ah rawi lain. (al-Majruhin karya Ibnu Hibban 2/36, lihat juga Tarikh Kabir karya Imam Bukhari 5/424)
b). Mush’ab bin Abi Dzi’ib dinilai majhul oleh Abu Hatim. (al-Jarh wat-Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim 8/306)

Oleh sebab itu, Imam Ibnu Adi berkata: _”Dengan sanad ini Hadits ini Munkar”_ (al-Kamil 6/535). Ibnul Jauzi juga berkata: _Ini adalah hadits tidak shahih dan tidak tsabit_ (al-Ilal al-Mutanahiyah 2/66)

*Dengan kemunkarannya, hadits Abu Bakar tidak layak jadi Syahid yang menguatkan hadits dloif lainnya.*
[30/4 15:36] ‪+62 813-8015-7930‬: *7. Hadits Abu Huraeroh*
Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-ilal 2/67, al-Bazzar dalam kasyful astar 2/436 *melalui jalur Abdullah bin Ghalib dari Hisyam bin Abdirahman dari al-A’masy dari Abi Shalih dari Abu Huraeroh* dengan redaksi matan hadits:
إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يَغْفِرُ اللَّهُ لِعِبَادِهِ إِلا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
_”Jika datang malam Nishfu Sya’ban, Allah akan mengampuni hambanya selain orang yang musyrik dan  orang yang bertengkar”_
Sanad hadits ini sangat lemah dengan 2 cacat:
a). Abdullah bin Ghalib dinilai mastur oleh al-Hafidz Ibnu Hajar (Taqrib at-tahdzib hal 534)
b). Hisyam bin Abdirahman juga majhul seperti dikatakan al-Haitsami. (majma’ Zawa’id 8/65)
Imam Ibnul Jauzi berkata: Hadits ini tidak valid, dalam sanadnya ada rawi-rawi majahil (al-Ilal al-Mutanahiyah 2/70).
*Sanad hadits Abu Huraerah ini syadid dlo’fi hingga tidak dapat menguatkan sanad dloif lainnya*.
[30/4 15:36] ‪+62 813-8015-7930‬: *8. Hadits Auf bin Malik*

Diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam musnadnya 7/186, *melalui jalur Ahmad bin Manshur dari Abu Sholih al-haroni dari Abdullah bin lahi’ah dari Abdurahman bin Ziyad dari Ubadah bin Nusay dari Katsir bin Murroh dari Auf bin Malik*  bahwa Rasulullah saw bersabda:

يَطَّلِعُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لَهُمْ كُلِّهِمْ إِلا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
_“Allah tabaroka wata’la mengamati makhluknya pada malam Nishfu Sya’ban lalu mengampuni mereka semuanya selain orang musyrik dan orang yang bertengkar”_.

Sanad hadits ini sangat dloif dengan 2 cacat:

a). kedloifan Abdullah bin Lahi’ah

b). Abdurahman bin Ziyad didloifkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Ma’in, Daroquthni, imam Nasa’I, Abu Zur’ah, Abu Hatim dan Ibnu Hajar. Imam Tirmidzi berkata: Dia rawi Dloif menurut ahlul hadits. (al-Jarh wat-Ta’dil 5/234, al-Kamil libni Adi 5/457, al-Mizan lidz-Dzahabi 2/561, Tahdzibul Kamal 17/102, Tahdzibut-Tahdzib 3/342, adl-Dlu’afa lid-Daroquthni hal 158 dll)

*Sanad hadits syadid Dlo’fi tidak menguatkan sanad dloif lainnya*.
[30/4 15:37] ‪+62 813-8015-7930‬: *9. Hadits Abu Tsa’labah al-Khusyanni*

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi A’shim dalam as-Sunnah 1/223, al-Lalaka’I dalam a-Sunnah 2/493, *Melalui jalur Muhammad bin Harb dari al-Ahwash bin Hakim dari Muhashir bin Habib dari Abu Tsa’labah* dari Nabi saw bahwa beliau bersabda:

إِذَا كَانَ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ، فَيَغْفِرُ لِلْمُؤْمِنِينَ، وَيَتْرُكُ أَهْلَ الضَّغَائِنِ، وَأَهْلَ الْحِقْدِ بِحِقْدِهِمْ
“Jika dating malam Nishfu Sya’ban, Allah azza wajalla mengamati makhluknya, lalu Dia mengampuni orang mukmin dan membiarkan pendendam dan pendengki dengan kedengkiannya”_.

Sanad hadits ini mudtharrib dan munkar, didalamnya ada rawi al-Ahwash bin Hakim. Imam Ibnul Madini tak mau menuliskan riwayat hadits darinya. Abu Hatim dan Daroquthni berkata: Dia munkarul hadits. Imam Ahmad berkata: tidak boleh meriwayatkan darinya. Dan Ibnu Hibban berkata: Dia meriwayatkan hadits-hadits munkar dari rawi-rawi masyhur. (al-Jarh wat-Ta’dil 2/175, al-Makrifat wattarikh lil faswi 2/461, al-Majruhin libni Hibban 1/175, Mizanul I’tidal 1/167, Tahdzibut-Tahdzib 1/184, adl-Dlu’afa lid-Daroquthni hal 157 dll)

Adapun kemudlthoribannya antara lain sbb:

--Dalam mujam kabir 22/224, al-Ilal al-Mutanahiyah 2/70 dan al-Amali lisy-Syajari 2/103 melalui jalur *Isa bin Yunus dari Ahwash bin Hakim dari Habib bin Shuhaib dari Abu Tsa’labah*

--Dalam al-Arsy libni Abi Syaibah hal 93, Ibnu Qoni’ dalam mu’jam Shohabah hal 160 diriwayatkan melalui *Bisyr bin Umaroh dari Ahwash bin Hakim dari Muhashir bin Habib dari Makhul dari Abi Tsa’labah* (sanad ini memiliki 3 cacat: 1. Bisyr bin umaroh rawi dloif dan matruk, 2. Ahwash rawi munkar, 3. Makhul tidak mendengar dari Abu Tsa’labah)

--Dalam Mujam kabir imam Thobroni 22/223, al-Baihaqi dalam Sunan Shughro 1/379 atau dalam Syu’abul Iman 3/381, melalui *Abdurahman al-Muharibi dari Ahwash dari Habib bin Shuhaib dari Makhul dari Abu Tsa’labah* (sanad ini memiliki 3 cacat: 1. Abdurahman al-Muharibi mudallis dan ‘an’anah dalam hadits ini. 2. Ahwash rawi munkar, 3. Makhul tidak mendengar dari Abu Tsa’labah)

Oleh sebab itu Imam Daroquthni dalam al-Ilalnya 6/323 berkata: _”Hadits ini Mudltorrib dan tidak ajeg”_.
[30/4 15:37] ‪+62 813-8015-7930‬: *10. Hadits Abu Umamah al-Bahili*

Diriwayatkan oleh Imam Asy-Syajari dalam al-Amalinya 2/100 melalui *Ibrohim bin Yusuf dari al-Musayyib bin Syarik dari Ja’far bin Zubair dari al-Qosim dari Abu Umamah* bahwa Nabi saw bersabda:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ هَبَطَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى السَّمَاءِ فَيَطَّلِعُ اطِّلَاعَهُ عَلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَيَغْفِرُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ جَمِيعًا إِلَّا لِكَافِرٍ أَوْ مُشَاحِنٍ "
_” Jika datang malam Nishfu Sya’ban Allah tabaroka wata’ala turun kelangit, maka Dia mengamati penduduk bumi lalu mengapuni semua penghuni bumi selain orang kafir atau orang yang bertengkar”._

Sanad hadits ini maudlu, Ja’far bin Zubair matruk berdasarkan Ijmak para muhaddits. Imam Bukhari berkata: Dia matrukul hadits, mereka mematrukannya karena dalam haditsnya banyak munkar dan idltirob. (Tarikh Kabir Imam Bukhari 2/192, al-Jarh watta’dil 2/479, Tahdzibul kamal 5/32, Mizan I’tidal 1/406, Tahdzibut tahdzib 1/436, adl-Dlu’afa libnil Jauzi 1/171 dll), dan rawi sebelumnya ada Ibnu Amir bin Mirdas sbg rawi pemalsu hadits.

Ada pula jalur yang dinisbatkan kepada para shahabat lainnya seperti Abu Darda’, Anas bin Malik, Ubay bin Ka’ab, Utsman bin Abil Ash, Abdullah bin Qois al-Asy’ari dll yang tidak perlu dikupas lagi karena kedloifannya yang syadid.

Cukup merujuk pada apa yang disebutkan oleh Syeikh al-Albani yang menurut ijtihad beliau sanad-sanad diatas saling menopang dan menguatkan dan beliau memutuskan bahwa hadits tsb SHAHIH dalam silsilah ash-shohihahnya 3/135.

Tulisan ini sebagai kritik tashhih beliau, sekaligus sebagai bukti bahwa semua yang dinyatakan para muhaddits terdahulu khusus mengenai status hadits keutamaan malam nishfu Syaban dengan kesimpulan tidak ada yang hasan apalagi yang shahih ternyata lebih kuat dan akurat.

Al-Hafidz Abul Khithob Ibnu Dihyah berkata:

قال أهل التعديل والتجريح ليس في فضـــــل ليلـــة النصف من شعبان حديث صحيح
_”Ahlu Ta’dil dan Tajrih berkata: mengenai keutamaan malam Nishfu Sya’ban Tidak ada satu hadits pun yang shahih”_.

Ibnul Arobi dalam A’ridlotul Ahwadzi 3/275 berkata:

ليس في ليلة النصف من شعبان حديث يعول عليه
_“Tidak ada mengenai malam nishfu Syaban satu hadits pun yang bisa dipercaya”_.

Al-Uqoili dalam adl-Dlu’afa al-Kabir 3/29 berkata:

وفي النزول ليلة النصف من شعبان أحاديث فيها لين
_“Tentang Turunnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban hadits-haditsnya rapuh”_.

Abdurahman bin Zaid bin Aslam berkata:

لم أدرك أحـــــــــداً من مشيختنا ولا فقهائنا يلتفتون إلي ليلة النصف من شعبان ، ولم ندرك أحداً منهم يذكـر حديث مكحول ولا يرى لها فضلاً على سواها من الليالي
_”Aku tidak menjumpai seorangpun dari guru-guru kami dan tidak pula para fuqoha kami melirik kepada malam nishfu Sya’ban dan kami tidak menjumpai dari mereka yang mengingat hadits Makhul dan tidak pula memandang punya keutamaan dibanding malam-malam lainnya”_. (HR. Ibnu Wadldloh dalam al-Bida’ hal 100)

Mengapa disebut hadits Makhul ? Tidaklah berlebihan, bila Makhul diduga menjadi sumber hadits Nishfu Syaban sebab Nama beliau paling banyak disebut dalam sanad hadits Nishfu Sya’ban, yaitu kurang lebih 79 kali.

Ibnu Abi Malikah ketika diceriterakan bahwa Ziyad al-Munqori (tukang qisah) berkata:

إن أجر ليلـــة النصف من شعبان مثل أجـر ليلـة القـدر
_”Sesungguhnya pahala malam Nishfu Sya’ban sama seperti pahala lailatul Qodar”_.

Maka beliau menjawab:

لو سمعته يقول ذلك وفي يدي عصاً لضربته بها
_”Seandainya Aku mendengar dia ngomong seperti itu dan ditanganku ada tongkat, pasti aku memukul dia”_. (HR. Abdurozzaq 4/317 dengan sanad shahih)

Wallahu A’lam bish-Showab.

_By Alfasiry_