Senin, 19 Februari 2018

Bagaimana hukum arisan?

Hukum Arisan

Arisan itu adalah salah satu bentuk muamalah yang tidak dijelaskan dalam syariat, sehingga bisa dikategorikan ke dalam kaidah,

الأصل في المعاملات والعقود الإباحة

_*Asal dalam muamalah dan akad itu adalah mubah (dibolehkan)*_

Karena jika dicermati, akad dalam arisan itu adalah mengandung unsur pinjam meminjam dan saling tolong menolong (ta'awun).

Arisan akan berubah menjadi haram jika terdapat unsur-unsur yang diharamkan. Oleh karena itu mesti diterapkan syarat-syarat, diantaranya:

1. Harus saling ridho dan tidak ada yang dirugikan

2. Tidak ada perbedaan uang yang disetorkan oleh semua pelaku arisan, dan mendapatkan barang senilai uang yang disetorkan, hanya berbeda giliran saja dalam mendapatkannya. Jika ada keuntungan atau kelebihan uang, karena arisan adalah bentuk akad pinjam-meminjam, maka keuntungan dan kelebihan itu adalah termasuk riba.

Dalam arisan terdapat unsur undian, bukankah undian itu dilarang? Sebagaimana ayat,

ﻳَٰٓﺄَﻳُّﻬَﺎ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮٓﺍْ ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﭐﻟۡﺨَﻤۡﺮُ ﻭَﭐﻟۡﻤَﻴۡﺴِﺮُ ﻭَﭐﻟۡﺄَﻧﺼَﺎﺏُ ﻭَﭐﻟۡﺄَﺯۡﻟَٰﻢُ ﺭِﺟۡﺲٞ ﻣِّﻦۡ ﻋَﻤَﻞِ ﭐﻟﺸَّﻴۡﻄَٰﻦِ ﻓَﭑﺟۡﺘَﻨِﺒُﻮﻩُ ﻟَﻌَﻠَّﻜُﻢۡ ﺗُﻔۡﻠِﺤُﻮﻥَ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr , berjudi , (berkurban untuk) berhala, *mengundi nasib* dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan. (Q.S. 5:90)

Tidak semua undian itu termasuk _azlam_. Azlam itu adalah undian untuk *menentukan nasib baik atau buruk* dengan menggunakan tiga wadah yang pada masing-masing terdapat tulisan, yang satu _kerjakanlah_, kedua _jangan kerjakan_ dan ketiga tidak tertulis apa-apa. Ini adalah tradisi jahiliyah yang diharamkan.

Ada lagi yang bermakna undian disebutnya _*qur'ah*_ Bedanya dengan azlam, qur'ah adalah *mencari penentuan suatu hak untuk orang-orang yang berhak*

طلب تعيين الحق لأصحاب الحقوق

Ini dibolehkan karena Rasulullah saw sendiri melakukan undian (qur'ah) di antara para istrinya ketika beliau hendak melakukan safar.

حَدَّثَنَا حِبَّانُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقْرَعَ بَيْنَ نِسَائِهِ فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ وَكَانَ يَقْسِمُ لِكُلِّ امْرَأَةٍ مِنْهُنَّ يَوْمَهَا وَلَيْلَتَهَا غَيْرَ أَنَّ سَوْدَةَ بِنْتَ زَمْعَةَ وَهَبَتْ يَوْمَهَا وَلَيْلَتَهَا لِعَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَبْتَغِي بِذَلِكَ رِضَا رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Hibban bin Musa telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhriy dari 'Urwah dari 'Aisyah radliallahu 'anha berkata: "Adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam apabila hendak mengadakan suatu perjalanan, Beliau melakukan undian siapa diantara isteri-isteri Beliau yang keluar namanya untuk turut serta bersama Beliau. Dan juga Beliau selalu menggilir isteri-isteri Beliau untuk setiap hari dan malamnya kecuali Saudah binti Zam'ah yang dia telah menghibahkan jatah giliran hari dan malamnya kepada 'Aisyah isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dengan tujuan mencari ridho Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. (HR. Bukhari, no.2593)

Unsur undian di dalam arisan ini adalah termasuk qur'ah karena ia adalah mencari penentuan diberikannya suatu hak kepada orang yang berhak, dan semua peserta itu berhak mendapatkannya, hanya masalah giliran saja.

Wallahu A'lam.